Minggu, 27 April 2008

Setelah Ujian Nasional Berlalu

gaulislam edisi 027/tahun I (21 Rabiul Akhir 1429 H/28 April 2008)


Alhamdulillah, akhirnya pecah juga tuh bisul ya? Hehehe… iya kita anggap aja Ujian Nasional (UN) sebagai ‘penyakit bisul’. Sebab, rasa-rasanya persiapan sebelum UN udah bikin otak kita nggak bisa kerja nyantai, pikiran dibuat pusing, perasaan nggak tenang, emosi nggak stabil. Kadang semangat, kadang melempem. Ditambah lagi suasana tegang pas hari H Ujian Nasional SMA yang baru aja lewat pekan kemarin. Wuih, selama ujian tiga hari itu kamu pasti berkecamuk dengan banyak pikiran dan perasaan. Maka, setelah UN berlalu, rasanya lega dan plong. Kayak pecah bisul tuh (baksound: bagi yang udah pernah ngerasain bisul, apalagi tuh bisul di pantat. Wah!)

Guyz, kita semua berdoa semoga saja apa yang kamu harapkan dan inginkan terkabul ya. Tentu saja keinginan yang baik-baik: kamu semua lulus UN. Insya Allah. Namun, perlu diingat juga lho bahwa lulus UN tuh bukan akhir dari segalanya. Sehingga kamu nggak bisa bebas gitu aja. Masih ada babak baru kehidupan yang bakal kamu jalani. Bisa nerusin kuliah, dan itu berarti kudu ikut seleksi lagi. Bisa pula terjun ke dunia kerja atau wirausaha. Begitu juga buat kamu yang kebetulan belum berhasil lulus, tetap sabar dan ambil hikmahnya aja. Selama langit belum runtuh dan bumi belum terbelah, kamu masih punya kesempatan untuk maju, agar hidup kamu tetap memiliki harga dan bermakna. Setuju kan?

Sobat muda muslim, tulisan gaulislam kali ini sekadar ingin mengajak kamu evaluasi diri sekaligus menggali potensi yang kamu miliki agar terus termotivasi untuk maju dan bangkit dengan kemampuan yang kamu miliki. Mudah-mudah ini membantu kamu untuk bisa mengubah cara pandang kamu tentang masa depan dan juga tentang pendidikan dan agar tradisi belajar menjadi lebih progresif.

Maklumlah, banyak cara pandang di tengah masyarakat yang mengukur kesuksesan seseorang semata dari tingkat pendidikannya, dari nilai akademiknya, dari status sosialnya. Padahal, nggak selalu dan nggak otomatis kalo ada yang nilai akademiknya pasti sukses hidupnya. Belum tentu. Wong, bertebaran alias pabalatak sarjana yang baru lulus tapi nggak punya pekerjaan, sementara di antara mereka banyak yang nilai akademiknya bagus dan dari kalangan berada. Jadi, tingkat pendidikan dan nilai akademik serta status sosial bukan jaminan mutlak hidup bisa sukses.

Oya, saya nulis gini bukan nakut-nakutin atau mengabaikan tingkat pendidikan dan nilai akademik. Nggak juga. Hanya saja ini bicara dalam konteks kesuksesan. Tentu aja, yang ideal tuh menurut ukuran logika kita adalah pendidikan tinggi, nilai akademiknya bagus, status sosialnya di level atas dan hidupnya sukses. Dunia dan akhirat pula. Wah, itu keren banget. Tapi sekali lagi, nggak selalu begitu kenyataannya.

Geber terus motivasi dan kreativitasmu

Sobat, setelah Ujian Nasional tingkat SMA kamu ikutin, tentu saja kamu semua berharap untuk lulus. Itu wajar dan sah-sah saja. Manusiawi kok. Pengen dapet nilai bagus juga wajar karena dengan begitu kita jadi bisa ngukur kemampuan diri dari angka-angka yang didapat itu. Namun, nilai ujian yang bagus dan kelulusan kamu nggak bisa ngejamin juga untuk kemudian bisa menikmati pendidikan di perguruan tinggi, yang—selain harus ikut seleksi masuk lagi, juga bakal tambah biaya untuk nerusin pendidikan di tempat tersebut.

Maka, kini saatnya kamu dan kita semua berpikir lebih realistis dan pandai mencari peluang untuk bisa tetap esksis meskipun kenyataan pahit—tidak lulus UN atau nggak bisa nerusin studi, plus nggak dapet kerjaan dengan background pendidikan yang kamu miliki—tidak menjadikan kamu putus asa dan bahkan buntu berpikir. Padahal, dunia tak selebar daun telinga, Bro. So, di sinilah perlunya motivasi dan kreativitas yang kuat untuk tetap bisa bertahan hidup dan menghasilkan karya dan prestasi demi kemaslahatan diri dan orang lain. Bisa kok. Insya Allah.

Bro, kadang dalam hidup ini tak selamanya kita bisa memilih. Kalo bisa milih sih, pasti yang baik-baik inginnya semua diraih. Tapi, sayangnya hidup nggak selalu begitu. Kadang, atau bahkan seringkali kenyataan pahit yang kita terima. So, sepahit apapun, kenyataan itu harus kita telan sambil berusaha untuk bangkit agar tak dijajah oleh kenyataan pahit tersebut. Di sinilah perlunya motivasi dan kreativitas kita untuk bisa terus bertahan sambil berusaha mengubah kenyataan hidup menjadi lebih baik.

Banyak kok, mereka yang tetap bisa berjalan dengan kepala tegak meski tingkat pendidikannya paling tinggi mentok di sekolah lanjutan tingkat atas atau malah cuma finish di tingkat SD dan SMP. Tapi soal kemampuan di bidang tertentu yang dimiliki, mereka bisa bersaing kok dengan orang yang ngenyam pendidikan tinggi. Nah, jadi yang penting adalah semangat belajar dan kreatif. Dan, yang namanya belajar dan berkreativitas tak harus mengenyam pendidikan tinggi dan “makan” bangku sekolahan. Tidak selalu. Betul itu.

Buktinya? Sekadar contoh aja ya. Saya pernah bekerjasama dalam sebuah tim untuk mengelola media massa, dan salah seorang di antara kami yang mengerti tentang komputer dan teknologi informasi kalo nggak salah pendidikan SMP-nya aja nggak kelar, gitu. Boleh percaya boleh tidak, tapi itu kenyataannya.

Sebabnya apa dia bisa memiliki kemampuan itu? Karena ia banyak belajar dari siapa pun secara informal dan motivasinya untuk belajar sangat tinggi ditambah kreatif sehingga ilmu yang didapat itu langsung dipraktikkan. Bahkan lucunya, dia mahir bahasa Inggris tanpa belajar di sekolah dan tempat kursus khusus, doi hanya sekadar nonton film berbahasa Inggris dan mencoba mencocokkan teks terjemahan yang ada dengan gerak mulut pemain film tersebut dalam berbicara. Unik juga ya? Itulah belajar yang mudah dan murah.

Oya, kalo boleh sedikit berbagi sih, saya juga termasuk yang “anomali” menurut sebagian orang. Katanya sih begitu. Setidaknya kalo saya ngisi acara jurnalistik atau kepenulisan, padahal menurut mereka latar belakang pendidikan saya nggak match dengan kemampuan menulis saya yang lebih banyak menyoroti dunia remaja dari sudut pandang Islam. Yup, memang waktu pertama menulis beberapa buku itu, pendidikan yang saya cantumin di biodata adalah alumnus sekolah kejuruan kimia. So, nggak nyambung banget kata mereka. Tapi, saya sih merasa biasa-biasa aja (ciee.. kagak maksud nyombong, Bro!).

Adapun kemampuan menulis dan mengkaji Islam yang saya miliki karena saya belajar sendiri secara informal, dari siapa pun dan dari buku siapa pun. Inspirasi yang saya dapatkan langsung saya praktikkan. Motivasi saya untuk bisa menulis cukup kuat dan saya berusaha untuk kian kreatif dengan setiap ilmu atau keterampilan baru yang saya dapatkan.

So, kamu semua bisa melakukan hal sama atau bahkan lebih baik lagi dari saya dan teman saya itu. Kuncinya di motivasi dan kreativitas. Oya jangan lupa, kita harus ikhlas dalam belajar dan semata mengharap ridho Allah. Tiada kesuksesan tanpa izin dari Allah Swt. Oke?

Tentukan tujuan hidup, Bro

Menentukan tujuan hidup untuk kebahagiaan di dunia dan di akhirat sebenarnya bisa sejak kecil ketika kita sudah mulai ngerti. Prinsip dan pemahaman itu ditanamkan kuat dalam benak kita. Namun, insya Allah belum terlambat jauh kalo sekarang kamu mulai berpikir ke arah sana. Sebab, kamu pasti butuh pijakan dan arah jalan hidup. Setelah lulus sekolah tingkat lanjutan atas umumnya cuma dua pilihan. Nerusin studi sampe ke jenjang pendidikan tinggi atau langsung terjun ke dunia kerja. Meski banyak pula yang akhirnya cuma nongkrong nggak punya aktivitas yang bermanfaat banyak untuk diri dan orang lain.

Boys and gals, semangat belajar harus tetap ada di jiwamu, sebab dalam hidup ini memang senantiasa belajar. Pilih bidang keahlian yang kamu sukai dan minati dengan sangat kuat. Mulailah memoles diri dengan banyak belajar agar kemampuanmu makin mahir. Sambil tentunya mempraktikannya dengan benar dan baik. Kalo kamu ingin terjun ke dunia usaha dengan berjualan kecil-kecilan, silakan nikmati dan terus berusaha untuk mengembangkannya. Jika kamu berminat terhadap dunia tulis-menulis, belajarlah dengan tekun karena kemahiran—apalagi kesuksesan tidak ditempuh dengan instan.

Oya, jangan lupakan juga kehidupan masa depanmu yang abadi, yakni di akhirat. Maka, cari deh peluang usaha dan keterampilan yang halal dan bisa mendatangkan berkah. Kalo bisnis ya jangan curang, jangan menipu. Jika menulis, menulis untuk syiar kebenaran Islam. Kalo punya minat mempelajari komputer dan internet, hasilnya dipraktikkan untuk mendakwahkan keagungan Islam. Hmm… insya Allah itu akan mendatangkan pahala dan manfaatnya bisa dirasakan banyak orang. Sip kan?

Lagi pula, hidup di dunia ini cuma sementara dan cuma diberi kesempatan sekali. Manusia nggak ada yang abadi hidup di dunia dan nggak ada yang udah mati balik lagi. Maka, mumpung masih diberi waktu untuk hidup, kita selalu bergerak untuk belajar tentang kebenaran dan kebaikan dalam menempuh kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Kamu pasti bisa deh. Dunia dan seisinya bukanlah tujuan akhir. Ya, sebatas tempat istirahat saja. Tapi tentu harus nyaman dan bisa membuat kita bahagia. Sementara akhirat adalah tujuan abadi dan harus nyaman dan bahagia juga di sana. Amalan kita saat ini yang menentukannya.

So, cobalah beberapa tips berikut. Pertama, luruskan niat dalam beramal, yakni ikhlas karena Allah Swt. memang mewajibkan kita beramal dengan benar dan baik. Kedua, pelihara terus semangat belajar meski udah lulus sekolah dan nggak mengenyam lagi pendidikan formal. Belajar tiada henti deh untuk mengetahui bidang keahlian apa pun. Siapa tahu bisa digunakan kelak dan membantu kehidupan kita. Ketiga, kuatkan motivasi dan asah terus kreativitas agar kemampuan kita makin hebat. Keempat, belajarlah dengan keras dan sabar. Kelima, teruslah berinovasi untuk mencoba hal-hal baru. Siapa tahu berguna pada esok hari.

Ayo, tetap semangat belajar meski ujian nasional udah berlalu. Dan, jangan bengong aja kalo pun kemudian kamu nggak nerusin kuliah atau bagi kamu yang dari sekolah kejuruan belum juga dapetin pekerjaan yang cocok dengan bidang keahlian yang kamu pelajari di sekolah. Jangan putus asa. Insya Allah masih banyak peluang usaha untuk bisa sukses. Siapa tahu ‘pintu’ rejeki kamu memang ada di bidang keahlian lain yang bertolak-belakang dengan keahlian yang kamu pelajari di sekolah atau kuliah. Jadi, teruslah belajar tak pernah henti. Semangat! [osolihin: sholihin@gmx.net]

salam #027

Assalaamu’alaikum wr. wb.

Sobat muda muslim, gimana nih kabar kamu semua yang ikutan UN kemarin? Semoga sukses selalu ya. Nggak usah khawatir. Kalo udah tawakal sejak awal dan berusaha dengan semaksimal mungkin, kita lengkapi saja dengan doa, semoga Allah Swt. memberikan yang terbaik sesuai harapan dan keinginan kita semua. Seluruh kru gaulislam juga ikut ngedoain semoga kamu semua lulus dan mendapat nilai terbaik. Amin.

Bro en Sis, gaulislam sangat berterima kasih kepada kamu semua yang udah berpartisipasi mengirim SMS dan e-mail. Sarannya bagus-bagus lho. Ada pujian, pun juga kritikan. Insya Allah semuanya bermanfaat untuk kemajuan buletin kesayangan kita ini. Alhamdulillah pula, gaulislam edisi cetaknya kini sudah merambah banyak tempat di Indonesia. Wilayah Sumatera banyak, kawasan Jawa apalagi, Kalimantan juga nggak mau ketinggalan, Sulawesi pun demikian, sama halnya juga dengan area Madura. Insya Allah tempat lainnya segera menyusul.

Sekadar tahu aja, setelah kru gaulislam beraksi di Islamic Book Fair Jakarta bulan Maret 2008 lalu, dan cuap-cuap di program Voice of Islam yang disiarkan di 190-an radio di seluruh Indonesia, kita jadi kewalahan nerima SMS dan telepon. Mulai dari say-hello, nanya ini dan itu, bahkan ada yang langsung berlangganan. Alhamdulillah. Semoga kerjasama dengan pihak manapun memberikan manfaat bagi hubungan tersebut: untuk gaulislam, untuk mitra kerjanya, pun seluruh kaum muslimin di manapun.

Salam,

Redaksi

animo #027

Assalamu’alaikum. bwt GI kren bn9e+ dah n9bhs tt9 AAC y9 kmren l9 mrak2_@, aq jdhe t0u kLO t’nyta byk k’kLruan d’dlm_@..!! Skses y bwt GI.

@mi, SMA Un99uL HARPA, ABDYA [+6285260965xxx]

’alaikumussalam @mi. Alhamdulillah, smoga bnyak manfaat yg bs kamu semua raih dr tlsn tsb. Mksh ya.

Ass. Wr.Wb. GI yg oke banget, aku usul nih, gmn klo kmu bhs ttg mslh brbakti pd ortu? Kyaknya tema bgs tuh. Thx.

Atun, Depok 2 [+6285697795xxx]

Wswrwb Atun. Usulmu qt cb tampung dulu ye. Mksh bgt.

Assalaamu’alaikum. Thanxs bgt ya, buat GI, yg dh ngbhs ttg ‘jgn jd negara porno’ d edisi 24, kt2 jd nmbh ngrti coal pornogrfi lbh dtail. So, 600d luck aza, buat GI!! Eh, ada srn nie, bhs rubrik cinta islami, gmn yaa? Bye2 gI..

Meri, MAN Blangpidie, ABDYA [+6285260705xxx]

’alaikumussalam Meri. Alhamdulillah. Makasih jg bwt kamu yg udah baca en ngasih apresiasi bwt GI. Mksh jg atas doanya ya. Usulmu qt tampung smntr ya. Sykrn.

Ass. Wrwb. Aku ngerasa kagum banget dngn para penulis GI yg dngn lincah menata kata & mengatur kalimat sehingga tema-tema beratpun ttp enak utk dibaca. Salut utk Kang Oleh Solihin, Kang Iwan J, & Mbak Ria F yg sdh smpaikn Islam dg mudah utk remaja. Sukses bwt GI!

Lintang Ayu [ayuningtyasxxxxx@yahoo.com.au]

’alaikumussalam Lintang. Alhamdulillah. Mksh jg ya krn kmu udah rela baca tlsn demi tlsn yg GI keluarin. Enjoy!

Minggu, 20 April 2008

Dag-Dig-Dug Ujian Nasional

edisi 026/tahun I (14 Rabiul Akhir 1429 H/21 April 2008)

Hari-hari gini, jantung kamu yang duduk di kelas 12 bisa jadi lagi sering berdetak keras. Dag dig dug…dher! Pastinya bukan karena dikejar utang atawa putus cinta, tapi karena jadwal Ujian Nasional (UN) udah di depan mata. Tepatnya tanggal 22-24 April 2008, kamu-kamu bakal menghadapi ?final battle’ yang katanya nentuin banget hasil belajar kamu selama tiga tahun di bangku SMA/SMK/MAN. Sementara itu kamu-kamu yang duduk di kelas 9, bakal ngadepin UAN pada tanggal 5-8 Mei 2008.

Yang bikin ujian nasional kali ini beda adalah jumlah mata pelajaran yang diujikan bertambah. Tahun lalu, untuk sobat muda yang duduk di kelas 9 - atau kelas 3 SLTP - hanya 3 mata pelajaran yang diujikan. Nah, tahun ini ditambah satu mata pelajaran lagi; Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Dan buat kamu-kamu yang duduk di kelas 12, mata pelajaran ditambah pula. Dari yang tadinya cuma 3 kini jadi 6 mata pelajaran. So, kalian bakal diuji kemampuannya dalam mata pelajaran bahasa Indonesia, matematika, bahasa Inggris, fisika, biologi, en kimia.
Oya, yang bikin tambah deg-degan, bukan cuma jumlah mata pelajaran yang diujikan nambah, tapi standar kelulusannya yang juga ikutan naik. Yang tadinya 5,00 kini menjadi 5,25 dengan tidak boleh ada nilai di bawah 4,25.

Nah, kalo kriteria di atas tidak tercapai, maka ada kriteria kedua yang mensyaratkan: boleh terdapat nilai 4,00 hanya pada satu mata pelajaran yang di-UN-kan, dan 5 mata pelajaran lainnya harus mencapai nilai sekurang-kurangnya 6,00 dan mencapai nilai rata-rata minimal 5,25. Kebayang betapa kerja keras kudu dikerahkan abis-abisan. Tiga mata pelajaran aja ngos-ngosan apalagi ditambah?

Bingung UN
Terus terang aja, ujian nasional, sampai hari ini masih terus jadi perdebatan. Ada kalangan yang pro dan kontra terhadap ujian nasional. Mereka yang nggak setuju dengan adanya ujian nasional di antaranya beralasan kalo UN itu nggak fair. Bayangkan, kata mereka, hasil belajar bertahun-tahun baik itu di SD, SLTP atau SLTA dengan sekian macam mata pelajaran, tapi hasilnya hanya ditentukan oleh 3 sampai 6 mata pelajaran.

Menurut mereka itu nggak adil banget. Banyak pelajar yang berprestasi, jadi jawara sepanjang tahun, tapi keok di UN. Bahkan sampai kejadian nggak lulus. Bingung, kan?
Selain itu, standar kelulusan UN juga nggak memperhatikan kualitas sekolah. Begini ceritanya, di Indonesia itu masih banyak sekolah yang ketinggalan, baik sarananya maupun jumlah dan kualitas gurunya. Bayangin, ada sekolah yang satu guru bisa ngerangkep mengajar sekian mata pelajaran. Belum lagi dengan kondisi sekolah yang memprihatinkan. Jangankan punya laboratorium, lha wong gedung sekolahnya aja ada yang ambruk. Jangankan yang jauh di pelosok daerah, di Jakarta saja ada gedung sekolah dasar (SD) yang ambruk saking udah reyot-nya.

Ya, kondisi belajar-mengajar di tanah air yang ideal belum merata. Ada sih sekolah yang udah oke, tapi nggak sedikit yang masih ketinggalan. Tentunya nggak fair kalau semua dituntut untuk lulus dengan standar yang sama. Ibarat motor bebek 2 tak disuruh adu pacu dengan Ducati-nya Casey Stoner. Pastinya tuh motor 2 tak bakal 'pingsan’ keabisan nafas.

Yang terjadi kemudian adalah aneka kecurangan di lapangan. Banyak temen pelajar yang sudah lulus bisik-bisik kalo mereka dapat bocoran jawaban soal ujian ketika UN berlangsung. Ada yang dikirim via sms, ada yang lembaran kertas, ada juga yang diberitahu langsung jawabannya. Pelakunya? Guru-guru mereka sendiri. Waduh!

Menurut sumber yang bisa dipercaya, malah ada sekolah yang memerintahkan guru-guru mereka untuk mengoreksi hasil ujian para siswa sebelum disetor ke panitia ujian. Tujuannya tidak lain agar jumlah kelulusan di sekolah yang bersangkutan tinggi.

Tentang aneka kecurangan ini bukannya tidak ada yang melapor. Mungkin kamu masih inget ketika sejumlah guru yang idealis dari Komunitas Air Mata Guru mengadukan berbagai kecurangan saat UN berlangsung. Tapi, bukannya dihargai dan diperjuangkan, gara-gara itu sejumlah guru malah dipecat oleh sekolah tempat mereka mengajar. Sementara laporan kecurangan itu sampai sekarang nggak jelas juntrunganya. Ihik…ihik. Jadinya bener-bener banjir air mata.

Sekolah aja nggak cukup
Terus terang aja, yang namanya ujian atau ulangan bikin kita deg-degan. Apalagi ujian nasional yang nentuin kita lulus atau nggak. Banyak temen pelajar yang tegang bahkan takut menghadapi ujian nasional. Apalagi dengan standar kelulusan yang terus dinaikkin setiap tahunnya. Lha wong dengan standar rendah seperti beberapa tahun silam aja yang nggak lulu juga banyak, apalagi kalo dinaikkin.

Cerita takut nggak lulus nggak hanya dialami pelajar yang prestasi belajarnya biasa-biasa aja, apalagi yang kemampuan otaknya cekak. Tapi mereka yang berprestasi juga ikutan tegang, lho! Nggak ada jaminan kalo rapor dan ulangan harian yahud maka bakal lolos dari hadangan ujian nasional. Beberapa tahun silam, ada pelajar berprestasi di sebuah SMA di Jakarta, selalu masuk peringkat 3 besar, dapat jatah PMDK (Penelusuran Minat Dan Kemampuan) hanya bisa termangu, tidak lulus UN karena nilai matematikanya 4. Ihik…ihik.

Lebih parah lagi ada seorang pelajar yang sampe nekat bunuh diri gara-gara tidak lulus. Sebelumnya ia ingin mengikuti ujian Paket C tapi orangtuanya nggak sanggup, karena tidak punya biaya. Sang pelajar akhirnya putus asa dan nekat mengakhiri hidupnya karena malu tidak lulus sekolah. Bagaimana tanggapan pemerintah? Adem ayem tuh. Seperti kata pepatah, anjing menggonggong, kafilah berlalu.

Guyz, demi menghadapi hadangan ujian nasional, banyak temen-temen kelas 9 dan 12 yang membekali diri dengan mengikuti bimbingan belajar di luar sekolah. Lho, apa bimbingan guru di sekolah kurang?

Kayaknya itu yang dirasakan oleh banyak pelajar. Tanpa bermaksud merendahkan jasa bapak dan ibu guru, nggak sedikit pelajar yang ngerasa bahwa untuk menghadapi UN nggak cukup hanya mengandalkan bimbingan di sekolah. Apalagi, dirasakan oleh banyak pelajar kalo bimbel di luar sekolah itu lebih menarik, kreatif dan bervariasi latihan soalnya. Maka menjamurlah aneka bimbel di tanah air. Peminatnya pun membludak.

Peserta bimbel nggak cuma mereka yang ngerasa otaknya cekak, tapi para pelajar yang udah berprestasi juga ikut bimbel. Pasalnya mereka pasang target bukan sekadar lulus UN, tapi juga jebol SPMB ke PTN favorit mereka.

Tentu aja hal yang kayak begini menyisakan persoalan. Berarti selama ini kegiatan belajar-mengajar di sekolah jangan-jangan kurang menarik bagi siswa, kurang atraktif dan miskin latihan soal sehingga siswa milih bimbel. Waduh, gimana mau mendongkrak kelulusan?
Selain itu, ikut bimbel berarti kan pengeluaran ekstra. Dan itu relatif nggak murah. Nggak semua orangtua mampu memasukkan anaknya ke bimbel. Bagaimana dong nasib para pelajar yang ortunya nggak mampu memasukkan anaknya ke bimbel?

Perbaiki keadaan
Guyz, bagaimanapun juga ujian emang kudu ada. Pelajar harus menempuh ujian untuk mengetahui hasil belajar mereka; apakah bener-bener serius atau jangan-jangan cuma numpang ngisi absen lalu selebihnya jajan, maen, dan ngeceng. Akan tetapi ujian itu harus menyeluruh dan lengkap. Nggak cuma segelintir mata pelajaran yang diujikan, karena itu nggak mewakili seluruh mata pelajaran yang diajarkan selama bertahun-tahun.

Tapi sebelum ngomong soal ujian, seharusnya pemerintah terlebih dahulu memperbaiki dunia pendidikan. Seperti sarana sekolah; gedungnya yang layak, laboratorium yang memadai, alat-alat peraga, dan pastinya guru-guru yang berdedikasi tinggi untuk mengajar lagi berkualitas.
Terlebih lagi, tujuan pendidikan itu seharusnya menciptakan pelajar yang berkepribadian islami. Yakni insan yang cara berpikirnya Islam dan bersikapnya pun islami. Artinya pelajar tuh kudu jadi insan yang baik luar-dalam; be smart and be a good student. Sayang sekarang ini, dunia pendidikan kita baru bisa mencetak pelajar yang pinter. Ukurannya apalagi kalo bukan indeks prestasi, peringkat di kelas, dan nilai ujian nasional. Sementara itu akhlaknya dan ibadahnya belum tergarap. Banyak lho pelajar SLTA yang belum lancar baca al-Quran, belum lagi yang suka pacaran, nge-dugem, ataupun tawuran.

Nah, karena sekolah kita melulu disuruh ngejar nilai, maka orang suka ngambil jalan pintas; berbuat curang. Di antaranya ya ngebocorin soal ujian dan kunci jawabannya. Ampun!
UN juga jadi ukuran bahwa selama ini selalu hasil akhir yang diperhitungkan, bukannya proses belajar. Padahal banyak siswa baik en pinter berguguran di UN, atau hasilnya nggak bagus meski mereka jawara kelas.

Para pelajar juga dibikin mabok dengan hasil akhir UN. Maka begitu dinyatakan lulus aneka selebrasi yang nggak pantas pun digelar; coret-coretan baju, pawai keliling kota, dsb. Tanpa mereka mikir apakah selama belajar di sekolah mereka beneran belajar atau sekadar main. Atau mau ngapain juga setelah lulus sekolah. Tapi yang penting; lulus! Musibah deh.
Berjuanglah sobat!

Kita tentu kepengen kegiatan belajar mengajar itu enak dan menyenangkan. Tapi apa boleh buat inilah sekarang keadaannya. Kita belum bisa nih melepaskan diri dari keadaan yang nggak ideal, malah menyesengsarakan banyak pihak. So, buat kamu yang bentar lagi ngadepin UN, bagaimanapun kudu berjuang.

Pertama, kuatkan niat dan tekad. Yakinkan dirimu bahwa tujuan kamu bersekolah adalah menjadi insan cendekia yang bertakwa. Bahwa kamu kudu jadi muslim yang cerdas dan berguna. Sabda Nabi saw.: “Manusia yang paling utama adalah orang beriman lagi berilmu yang jika dibutuhkan bisa membantu dan jika ditinggalkan sendiri ia bisa mengurus dirinya sendiri.”
Jadi juara atau lulus UN dengan nilai tertinggi emang asyik. Tapi kalo untuk kepuasan sendiri, bukan untuk kebanggaan umat Islam itu namanya egois. So, berjuang lulus UN itu adalah untuk kebaikan kaum muslimin.

Kedua, kerja keras. Pokoke gebet abis semua materi ujian. Jika memang kamu ngerasa bimbel di sekolah kurang, nggak ada salahnya kamu juga ikut bimbel di berbagai lembaga bimbel yang ada. Tentunya pilih bimbel yang kualitasnya oke dan terjangkau pula biayanya. Tapi kudu inget jangan sampai kamu pake acara maksa-maksa ortu untuk ikut bimbel kalo ortu emang nggak punya biaya.

Lengkapi pula belajarmu dengan aneka latihan soal. Di toko-toko buku banyak lho dijual bank soal UN. Kamu bisa beli atau pinjam ke kakak kelas untuk dipakai berlatih. Tapi kalo minjem jangan lupa balikin lagi setelah ujian.

Ketiga, atur waktu dan jaga kesehatan. Jangan karena belajar keras kamu jadi lupa kontrol kesehatan dan ngatur waktu. Istirahat juga perlu, demikian pula asupan makanan bergizi. Banyak remaja yang kelewat ngotot belajar eh pas ujian ambruk; sakit.

Keempat, minta restu orangtua. Yup, dukungan orang tua perlu banget. Minta mereka mendoakan kamu agar lulus dan jadi pelajar yang oke.

Kelima, banyak mendekatkan diri kepada Allah. Bagusnya sih nggak cuma pas waktu mau UN doang. Setiap saat perbanyak ibadah dan berdoa kepadaNya. Sabda Nabi saw.:“Mintalah kepada Allah dari anugerahNya, sesungguhnya Allah senang untuk diminta.” (HR Tirmidzi)

Jangan lupa jauhi perbuatan haram dan kemaksiatan. Karena perbuatan itu bisa membuat Allah Swt. tidak ridlo, dan Dia bisa saja menggagalkan segala usahamu. So, selamat ujian! [iwan januar]

salam #026

Assalaamu’alaikum wr. wb.

Bro en Sis, buat kamu yang duduk di bangku kelas 3 SMA, pasti lagi deg-degan nggak karuan ya. Maklum, bulan April ini, tepatnya tanggal 22-24 April 2008 menjadi ujian terakhir di sekolah tingkat lanjutan atas. Nggak nyampe sebulan dari UN SMA, baru deh kamu-kamu yang duduk di bangku SMP bakalan UN di pekan pertama bulan Mei nanti. Kita semua di sini cuma bisa berdoa aja deh, moga kamu-kamu bisa menjalaninya dengan tenang, dengan serius, dan persiapan matang agar mendapat hasil maksimal. Jangan jadikan beban. Enjoy aja lagi. Kalo kamu udah siap lahir-batin sejak lama, kayaknya UN bukan lagi sebagai “hantu” yang menakutkan. Sebaliknya kamu bakalan jadikan UN sebagai ajang asah kemampuan diri.

Nah, berkaitan dengan UN ini, gaulislam juga akhirnya ikutan bahas. Tapi bukan ngeluarin bocoran soal. Itu sih perbuatan terkutuk dan jelas nggak terpuji dong ya. Maka daripada itu (ciee.. ngomongnya kayak pak lurah aja nih), gaulislam mo ngajak kamu semua untuk lebih realistis ngadepin hidup dan lebih serius menatap masa depan. Sebab, masa depan nggak selamanya ditentukan oleh hasil UN, karena yang terpenting adalah bagaimana kita berusaha menjadi lebih baik dan lebih baik dalam seluruh aktivitas kehidupan yang kita jalani. Setuju kan?
Bro, biar lebih mantap tentang bahasan UN ini, lebih baik kamu baca aja gaulislam edisi 026 ini. Khusus buat kamu semua dan semoga ada manfaatnya. Tentu saja bagi yang ingin mengambil manfaat dari sini. Gejlig!

Salam,
Redaksi

animo #026

Assalamu’alaikum. Mqin hri mQin ok aJA nEh GI… Oa, gMna sicH CrA qT aJax tMen2 BiaR mRexa sMuA mNju k jLan yg bnEr?? Cnth’a n9aTasin mreXa pCran..!!? Aq dAh cBa tUx nSehatkAn kpD mrEka tp uSaha aq tue gx mmbuAhgkn hsil… CrA yg tgas’a tue gMana agAr mreka tKut dgN hAl2 m9enAi PACARAN??! SkALI2 p9e donx k skoLAH.Slam buAt anx MTsN ModEL khusus’a kLaz 2A rAjin2 bLajAR yEahh..
DaYAt, MeULAboh, ACEH BARAT [+6285276112xxx]

’alaikumussalam Dayat. Halah, bc SMS darimu smp pegel. Abisnya tuh tlsn bgitu rupa. Hehe.. tp ga papa, gaya ABG emang gitu. Oya, mksh ats apresiasinya kpd GI ya.

Ass. Wr.Wb. Aq salut bgt bwt GI, GI emang bacaan pas remaja cerdas, krn aq jd tambah cerdas, al’a tema2 yg dikupas emang pas buat remaja cerdas!
Ila, ABDYA (Aceh Barat Daya [+6285261059xxx]

Wswrwb Ila. Alhamdulillah, trima ksh bnyk ya. Smga GI bs berikan yg terbaik ttg Islam bwt kamu semua. Enjoy!

Assalaamu’alaikum. GI krEn aBiez,.apALagi klo paz bagian kang iwan januar nuLiz,beUh bAhasany asyik coy....bAguz jdi kta gmpang ngrti.bwat GI trUz smAngat!
andi van day [andixxxxx@yahoo.co.id]

’alaikumussalam Andi. Well. Thx bnget bwt kamu. Sip!

Ass. Wrwb. Pas artkl PENTAS SENI & AAC dipajang di mading, anak2 heboh. Ringan tp mantap cr jlasinnya!
Isma, Bekasi [+628568240xxx]

’alaikumussalam Isma. Alhamdulillah. Mga b’manfaat ya.

Selasa, 15 April 2008

Mencari "Idola Cilik" Sejati

edisi 025/tahun I (7 Rabiul Akhir 1429 H/14 April 2008)

Setelah kontes idol-idol remaja yang pamornya semakin tergusur karena satu dan lain hal, Idola Cilik muncul memberi warna baru pada tayangan TV Indonesia. Dengan peserta anak-anak usia 7 - 12 tahun, pihak stasiun TV, dalam hal ini RCTI, berusaha menjaring potensi olah vokal adik-adik kita. Tak terhitung banyaknya calon peserta yang mendaftar untuk audisi, berharap terpilih agar bisa tampil di panggung pertunjukkan di Jakarta.

Boys and Gals, menjadi terkenal dan banyak uang adalah jawaban seragam yang diberikan oleh adik-adik kita yang begitu bernafsu mengikuti audisi (mungkin juga atas desakan dan dukungan ortunya). Jika ini yang dituju, maka rusaklah generasi mendatang.

Adik-adik lugu, tapi…
Usia yang dibidik pihak produser adalah usia dini yang masih sangat labil. Usia yang masih hijau untuk mengerti sebuah makna idola dan diidolakan. Pada usia ini anak-anak cenderung pasrah akan dibentuk menjadi apa dan siapa oleh orangtua dan lingkungannya.

Anak-anak adalah kertas putih yang polos dan bersih. Ia akan mudah sekali ?ditulisi’ oleh sesuatu: bisa baik dan buruk. Ia akan menerima apa saja yang diberikan oleh orang lain terhadap dirinya. Daya tolak mereka lemah sekali.

Anak-anak ini mudah sekali menjadi korban hasrat orangtua yang terpendam. Bila orangtuanya tidak bisa menjadi terkenal, maka anaknya saja yang dipersiapkan menjadi selebritis. Bila orangtuanya tidak bisa bernyanyi, maka anaknya saja yang diikutkan les menyanyi dan ikut lomba ini dan itu agar menang dan terkenal. Syukur-syukur ada produser yang tertarik untuk mengajak rekaman. Lebih hoki lagi bila ada pencari bakat yang mengajak anaknya main sinetron. Wuih…pundi-pundi uang orangtuanya bisa dipastikan akan penuh sesak tuh.

Lucunya, saat ada orang yang peduli dan prihatin dengan kondisi ini, malah dengan entengnya orangtua si anak yang sudah silau dengan uang menjawab, “Ah, itu kan pendapat orang-orang yang iri dengan popularitas anak saya. Itu karena anaknya tidak mempunyai kesempatan untuk menjadi kaya dan terkenal.”

Orangtua seperti ini tak lagi memikirkan kebutuhan anak. Kebutuhan asasi yang dipunyai seorang anak adalah kebutuhan bermain dan berkembang dengan maksimal dalam koridor yang positif. Bagaimana mungkin seorang anak bisa berkembang dengan alami dan maksimal bila sejak kecil ia sudah berkenalan dengan sejumlah make-up, dandanan meniru orang dewasa, aktivitas bejibun seputar konser sana-sini, pemotretan dan syuting sana-sini, dll.

Anak-anak ini kehilangan ruang pribadinya, waktu bermain dan mudah stres atau tertekan karena berada di area dewasa secara mendadak. Apalagi bila umur popularitas itu tak bertahan lama, maka hal ini akan menyebabkan si anak merasa kehilangan perhatian dari khalayak. Peran orangtua dalam hal ini sangat besar dalam membentuk kepribadian anak, apakah akan menjadi sosok rapuh dan semu ataukah menjadi pribadi yang tangguh dan kokoh.

Adik kecil sebagai korban
Idola Cilik menciptakan sebuah dunia lain yang penuh imitasi, semu, dan palsu. Anak-anak pun menjadi besar dalam balutan tubuh yang kecil. Mereka dipaksa menjadi dewasa sebelum waktunya. Mereka menjadi ?orang dewasa mini’. Menurut seorang psikolog perkembangan anak dari UI, anak-anak seperti ini mengalami loncatan kehidupan dari bermain menjadi bekerja. Gimana nggak, bila sebagian besar waktu mereka habis di lokasi syuting mulai dari persiapan konser, latihan-latihan, permintaan iklan, rekaman untuk nada sambung, atau bahkan main sinetron. Nggak jarang mereka harus bekerja hingga larut malam bila jadwal sudah sedemikian padat. Tak peduli badan yang sudah sangat lelah hingga suara serak dan habis, jadwal syuting harus tetap dijalankan.

Mereka menjadi produk karbitan demi nafsu serakah oknum-oknum budak kapitalis. Gimana nggak, lagu-lagu yang mereka nyanyikan adalah lagu yang sangat tidak sesuai dengan usia dan perkembangan jiwa anak-anak. Di bawah ini saya kutip dari sebuah mailing list yang prihatin terhadap fenomena idola cilik ini. Berikut tingkah mereka:

“Tak pelnah kulagu dan slalu kuingat kelingan matamu dan sentuhan hangat. Saat itu aku telbawa cinta. Menghilup lindu yang sesakkan dada.. [dinyanyiin sama keponakannya Mona Ratuliu, Kisha]

Yang lebih mengenaskan adalah lirik lagu di bawah ini yang dinyanyikan dengan cadel pula: “Otakmu seksi, itu telbukti dali calamu memikilkan aku. Bibilmu seksi, itu telbukti dali calamu mencium pipiku. Kamulah mahluk Tuhan yang telcipta yang paling seksi. Cuma kamu yang bisa membuatku telus menjelit. Aw aw aw ah ah ah…aw aw aw ih ih ih …” Ancur deh!

Jangankan dinyanyikan oleh anak kecil, sedangkan judul lagunya aja sudah cukup untuk bikin kita merinding. Belum lagi aksi penyanyi aslinya di video klip yang udah terkategori pornografi itu. Bisa dipastikan adik-adik kecil itu telah menontonnya berulang-ulang sebelum akhirnya bisa menghapal lirik lagunya. Sedih rasanya memikirkan sosok generasi mendatang bila fenomena seperti ini yang dijadikan idola.

Sungguh menggiriskan hati. Adik-adik kita menjadi korban dari sebuah gaya hidup fana dan semu. Masih belum puas merusak remaja, perempuan dan ibu atau mama kita dieksploitasi sedemikian rupa, eh adik-adik pun dimangsanya pula. Bukan tak mungkin esok atau lusa, nenek-nenek kita atau bahkan bayi-bayi yang imut diembat juga selama itu bisa mendatangkan materi. Dasar kapitalis!

Materi ini pula yang menjadi penyangga gaya hidup semu ini. Karena sesungguhnya ideologi yang diemban juga nggak jauh-jauh dari sini, Kapitalisme. Kapital atau modal adalah hal yang dikejar dan dipuja melebihi apapun juga. Ditunjang dengan akidah berupa sekularisme (pemisahan agama dari kehidupan), klop sudah ideologi ini merajalela melahap generasi muda untuk menuju jurang kebinasaan. Duhh… akankah semua ini dibiarkan saja?

Idola cilik sejati
Dunia anak adalah dunia bermain, berteman dan belajar memahami sesuatu dari sudut pandang yang baik saja. Nggak boleh mengganggu teman, patuh pada orangtua, rajin belajar demi cita-cita, dan yang utama adalah mengenal Allah dan RasulNya. Inilah seharusnya dunia anak-anak. Dunia yang dibangun penuh keceriaan di atas fitrah kanak-kanak mereka, tanpa polesan yang akan merusak jiwa mereka.

Peradaban yang dibangun di atas pondasi yang rusak pastilah menghasilkan generasi semu seperti halnya adik-adik kita di atas. Peradaban yang dibangun di atas pondasi kuat dan kokoh, pastilah menghasilkan generasi tangguh dan kuat pula. Peradaban mulia ini adalah Islam dengan segenap kisah anak-anak teladan yang seharusnya menjadi idola sejati adik-adik kita.

Ali bin Abi Thalib adalah seorang sahabat Rasulullah yang paling muda. Beliau ini masuk Islam di saat usianya masih 8 tahun. Saat itu ia datang ke hadapan Rasulullah untuk menyatakan dirinya beriman pada Allah dan RasulNya. Tapi Rasulullah sempat menyuruhnya pulang untuk meminta ijin kepada kedua orangtuanya lebih dulu karena usianya yang masih sangat belia. Namun apa jawab Ali ra?

“Ya Rasulullah, bila dulu Allah menciptakanku tidak perlu izin dari kedua orangtuaku, mengapa pula ketika aku ingin beriman padaNya harus meminta ijin pula?” Keren jawabannya!

Tidak berhenti di situ aja, setiap Rasulullah saw. berceramah dan menyampaikan wahyu serta mengadakan majelis ilmu, Ali bin Abi Thalib yang masih sangat imut itu selalu berada di barisan terdepan untuk mendengarkan. Ali pun menjadi tempat rujukan para sahabat lain yang usianya jauh lebih tua bila mereka menginginkan pendapat dan nasihat.

Bila di kalangan cowok ada anak-anak sekaliber Ali bin Abi Thalib, di kalangan cewek ada sebuah nama indah yaitu Asma binti Abu Bakar. Beliau ini dijuluki sebagai Dzatun Nithaqain atau wanita yang memiliki dua ikat pinggang. Itu karena ikat pinggang yang biasa dipakainya, ia belah menjadi dua supaya beban yang ada di atasnya menjadi ringan dan bisa digunakan untuk menyembunyikan makanan dan minuman yang akan dibawa ke gua Hira untuk Rasulullah saw. dan ayahnya ketika hijrah.

Tidak itu saja, ketika Asma masih kanak-kanak pun, jiwa keberanian itu telah nampak pada dirinya. Satu hari, Abu Jahal mendatanginya untuk membujuknya agar mau membuka rahasia di mana posisi ayahnya berada. Tetapi meskipun ia masih kecil, rasa tanggung jawab telah kokoh pada dirinya. Ia tahu apa pun yang keluar dari bibirnya, hal itu akan membahayakan posisi ayahnya dan Rasulullah saw., maka ia memilih diam ketika ditanya dan dibujuk oleh Abu Jahal. “Saya tidak tahu”, adalah jawaban yang diberikannya. Karena keteguhannya memegang tanggung jawab, Abu Jahal pun menampar Asma dengan keras hingga anting-antingnya jatuh. Subhanallah banget tuh!

Bandingkan dua kisah ini dengan 'perjuangan’ adik-adik kita di Pentas Idola Cilik. Bila sudah, sekarang bayangkan masa 20 tahun ke depan ketika mereka ini sudah menjadi besar dan dewasa. Jangan heran bila kondisi bangsa ini tak akan pernah bangkit bila bibit yang ditanam adalah selevel Idola Cilik yang di benaknya cuma popularitas semu dan uang. Jangan heran pula bila nantinya mereka memegang tampuk jabatan sebagai pimpinan negara, maka popularitas dan uang pula yang menjadi tujuan, bukan kesejahteraan rakyat.

Apa peran kita?
Kita nggak akan pernah rela membiarkan perusakan generasi ini berjalan mulus-mulus saja. Kita nggak mau dong adik-adik kecil kita menjadi mangsa kaum kapitalis yang cuma uang dan materi saja tujuannya. Harus ada langkah nyata dilakukan untuk perubahan.

How? Mulai dari diri sendiri dulu dengan sadar bahwa ini semua adalah perangkap dan bagian dari penjajahan bentuk halus. Terus, sadarkan adik-adik kita, keponakan-keponakan kita, anak-anak tetangga plus ortunya tentu saja. Karena yang namanya anak kecil, pembinaan utama masih di tangan orangtua dan guru bagi yang sudah sekolah. Bisakah dikerjakan sendiri-sendiri? Kayaknya nggak mungkin deh. Kita butuh berjamaah, kita butuh bekerjasama, kita butuh saling percaya, dan kita butuh persatuan. Semua itu hanya ada dalam ikatan akidah dan ukhuwah Islamiyah yang kuat nan kokoh.

Yuk, kita sama-sama bahu-membahu untuk menyadarkan umat. Kita campakkan kapitalisme dan sekularisme, terus ambil Islam saja sebagai solusi pembentukan generasi cerdas dan berkualitas. Idola cilik sejati kita persiapkan sejak dini supaya kelak, mental dan karakternya kuat dan tangguh dalam balutan akidah Islam dan tuntunan syariatnya.

Sobat, kita punya Islam yang akan menjadikan pemeluknya berwibawa dan punya harga diri. Bukan Islam sebatas ritual aja, tapi Islam sebagai sistem hidup dan ideologi. Bila ini yang diterapkan, ditanggung pasti populer di dunia-akhirat, insya Allah. Ditanggung pasti oke dah. So, idola cilik? Boleh, tapi dengan standar Islam saja ya sebagai ukurannya. Seeepppp ah! [ria: riafariana@yahoo.com]

salam #25

Assalaamu’alaikum wr. wb.

Umat Islam sedang banyak diuji nih, Bro. Film “Fitna” karya politisi Belanda yang menghina Islam dan kaum muslimin memunculkan perdebatan sengit. Emang sih, tuh film durasinya cuma 15 menitan deh. Tapi isinya bener-bener memfitna umat Islam. Beberapa teman sampe bisa dapetin di internet, terus didownload dan ditonton. Wuih, katanya sih memang itu ditujukan untuk propaganda penghinaan terhadap Islam dan kaum Muslimin dan menyebarkan kebencian. Aneh memang, di Belanda itu konon kabarnya menerima perbedaan, tapi nggak berlaku untuk Islam dan kaum Muslimin. Licik ya?

Okelah,tanpa bermaksud ikutan berpolemik, gaulislam cuma ingin menjelaskan aja sama kamu-kamu remaja Islam, bahwa Islam dan kaum Muslimin yang benar dan kokoh imannya nggak bakalan mudah terpengaruh dengan propaganda murahan nan menyesatkan dengan cara memutar-balikkan fakta yang sesungguhnya. Ini memang gaya dari musuh-musuh Islam yang “cemburu tanda tak mampu” melihat kemuliaan Islam. Meski didera berbagai fitnah, umat Islam tetap jalan tak gentar. Bahkan secara kuantitas makin bertambah, justru setelah Amrik lewat mulut George W Bush menuduh kaum muslimin sebagai teroris.

Insya Allah gaulislam juga akan berada di garis depan untuk menyuarakan Islam, khususnya kepada kalangan remaja muslim agar mereka lebih berilmu, lebih bertakwa, lebih beriman, dan sangat tamak beramal shalih.

Salam,
Redaksi

animo #25

Assalamu’alaikum. Met terbit bwt Gaulislam.Pertama gue
baca Gaulislam gue langsung suka apalagi edisi ke 4
itu mengingatkan kita pada bahayanya HIV/AIDS. Klo bisa
Gaulislam menampilkan berita-berita yg bisa mengingatkan kita (para remaja) dalam bergaul.BRAVO Gl!
Rio Adi Putra, Bogor [xxxxxadi_putra@yahoo.co.id]

’alaikumussalam Rio. Terima kasih atas dukungannya kpd GI. Usulmu kita prtimbangkan dulu ya. Makasih.

Ass. Wr.Wb. Wuih, keren banget edisi 3 edisi terakhir: Pentas Seni, Ayat-Ayat Cinta, dan Pornografi. Bahasanya mudah dimengerti. Nggak usah pusing2 untuk paham. Dua jempol buat GI. Terus istiqomah di jalan dakwah ya!
Budy, Bandung [xxxxxksatria@yahoo.co.uk]

Wswrwb Budy. Alhamdulillah. Harapan kita2 sih emang biar tmn2 rmj cpt paham kenal Islam. Ok. Makasih ya atas apresiainya kpd GI. Smoga kamu jg tambah cerdas!

Assalaamu’alaikum. Usul nih, gimana kalo GI ngadain acara temu pembacanya, gitu. Penasaran pengen ketemu kru redaksi nie. Jujur! Ayo dong GI. Kamu baek deeh...
Linda, Utan Kayu, Jakarta [+628999994xxx]

’alaikumussalam Linda. Duh, sabar dulu ye. Makasih.

Ass. Wrwb. Aq sneng bnget sm GI. Artikelnya keren, jg ada rbrik “Tahukah Kamu” yg bikin tmbh wa2sanqu. Thx.
Shofi, Tangerang [+628161597xxx]

’alaikumussalam Shofi. Alhamdulillah. Smga bnyak manfaat yg bs diambil kamu semua. Terima kasih jg ya.

Minggu, 06 April 2008

animo #24

Assalamu’alaikum. Sblum@ thank you ya..! Tema Bisik2 Soal CEWEK kmaren mmbngkitkn smngatqu utk trus maju n ingin jd cwek yg cerds n pndai se-x lg thank you ya..!

Yeppy, SMA UNGGUL HARPA, ABDYA [+6285260716xxx]

’alaikumussalam Yeppy. Trima ksh jg ya. Smga kmu jd sprti yg kmu inginkan & harapkan. Ttp semangat!

Ass. Wr.Wb. Subhanallah... tema edisi 023 yg bhs ttg AAC bgus bnget. Mnyntuh pikiranku utk sadar. Awalnya aku mrasa senang ada film itu krn bnyak sisi Islamnya. Trnyata mlh bnyk kelirunya dlm pndngan Islam. Sykrn GI.

Ina Maryam, Jakarta [+6281574717xxx]

Wswrwb Ina. Alhamdillah. Terima kasih ya Ina. Doain moga GI ttp istiqomah en hadirkan tema2 bagus bwt nemanin kamu smua belajar Islam. Ttp semangat!

Assalaamu’alaikum. Sedih banget gue baru tahu kalo ada buletin sekeren GI. Padahal gue di Bogor. Gue yang kuper atau GI yg kurang promosi nih? Hehehe.. Bravo GI!

Fitria, SMAN 4 [+6281908722xxx]

’alaikumussalam Fitria. Halah, baru tahu GI toh? Yo wis, ga pa2. Yg pnting skrg udah kenal sama kita2. He3x

Ass. Wrwb. Website kamu tuh oke banget. Selain nampilin artikel2 buletinnya, juga banyak artikel remaja dan Islam. Bahkan ada cerpennya juga. Keren banget! Sukses!

Gita, Palembang [mommyxxxxx@plasa.com]

’alaikumussalam Gita. Hmm.. GI emang brusaha utk slalu nyenengin pelanggannya. Mksh ats apresiasinya.

salam #24

Assalaamu’alaikum wr. wb.

Minggu-minggu terakhir ini ada tema yang hangat dan menjadi pembicaraan yang pro-kontra juga, lho. Yup, soal rencana pemerintah untuk memblokir situs-situs (website) yang kontennya bertaburan pornografi. Mereka yang pro jelas banget mendukung karena saat ini kebebasan informasi ternyata memicu penyebaran konten-konten (isi) media informasi yang merusak, khususnya tentang pornografi. Celakanya, banyak website yang “begituan” justru diakses oleh anak-anak dan remaja. So, adanya rencana ini disambut baik para orangtua yang nggak ingin anaknya kesasar nyantol di situs porno.

But, selain yang pro, tentunya yang kontra juga ada. Alasan mereka sih, nggak jauh dari “kebebasan”. Mereka pengennya bebas tanpa ada aturan. Aturan yang mereka ambil adalah aturan yang menyenangkan mereka sendiri. Nggak peduli lagi apakah orang lain celaka atau menderita, yang penting dirinya merasa senang dan puas. Ukuran kebahagiaan bagi mereka berdasar aturan hedonisme (pemuja kenikmatan jasadi dan materi) dan permisivisme (serba boleh menurut hawa nafsunya). Halal dan haram menurut aturan agama kayaknya udah nggak dipedulikan lagi. Karena kebebasan sudah menjadi pedoman hidupnya. Hmm... gawat benar tuh!

Nah, karena alasan itu, gaulislam jadi ikutan pengen bahas. Biar persoalannya tuntas, dan kamu pun bisa mendapat informasi yang benar tentang Islam. Insya Allah gaulislam akan menemani kamu belajar Islam. Sip!

Salam,

Redaksi

Jangan Jadi “Negara Porno”

gaulislam edisi 024/tahun I (30 Rabiul Awal 1429 H/7 April 2008)

Ehm, jangan marah atau gondok duluan ya baca judul artikel gaulislam kali ini. Bukan maksud mo menjelek-jelekkan (backsound: karena udah jelek), tapi ini sebagai warning dan renungan aja buat kita semua. Gimana nggak, dari tahun jebot ampe sekarang, masalah pornografi dan perbuatan porno selalu hadir di tengah masyarakat kita. Di sekitar kita dalam kehidupan sehari-hari yang kita jalani.

Bro, konten bernuansa pornografi sebenarnya udah tersebar banyak di media. Baik di media cetak maupun media elektronik. Oya, termasuk dalam hal ini adalah di internet yang kini lagi marak dibahas. Setelah lima tahun digodok, Rancangan Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (RUU ITE) resmi disahkan dalam rapat paripurna DPR di Jakarta, Selasa (25/3/2008). Dengan adanya UU ini juga diharapkan dapat menjadi dasar bagi penerapan hukum di dunia maya di Indonesia. Situs porno atau pornografi di internet akan diblokir atau paling tidak kini diatur UU. Salah satu pasal yang dianggap krusial dalam UU ITE adalah diblokirnya situs-situs porno baik dari dalam maupun luar negeri.

Oya, kalo mo dijembrengin semuanya sih banyak banget, termasuk dalam kehidupan nyata kita, pornografi dan aktivitas yang dibalut porno sangat mudah dijumpai dan bahkan pelakunya sangat banyak. Nah, karena saking banyaknya dan dilakukan oleh hampir seluruh penduduk negeri, maka nggak heran dong kalo negeri ini dapetin sebutan negara porno. Gitu deh alasan kenapa nulis artikel ini dengan judul seperti di atas. Betul nggak sih?

Bagi yang nggak setuju jangan marah, dan yang setuju juga jangan seneng dulu. Karena sebenarnya ini adalah prestasi yang buruk. Sama buruknya dengan gelar “negeri terkorup se-Asia”, misalnya. So, tulisan ini sekadar buat ngingetin aja, buat ngajak merenung, sekaligus nyari solusi tuntas dari masalah yang dihadapi sekarang, khususnya tentang pornografi.

Mental porno!

Hehehe.. jangan ngambek dan cemberut kalo baca subjudul ini. Bukan maksud nuduh atau menghakimi. Tapi emang kenyataannya demikian. Mereka yang nggak punya mental porno, ketika mengembangkan kreativitas dia akan melakukan apa pun yang bernilai manfaat dan useful alias berguna bagi siapa pun.

Sebaliknya, bagi mereka yang punya mental porno--piktor gitu deh, maka kreativitasnya nggak jauh dari mentalnya itu. Bikin majalah, eh majalah bertabur pornografi. Bikin blog di internet, isinya pornografi. Ketika mengelola website, ya isinya nggak jauh dari situ. Kalo dia ngomong? Ya, pembicaraannya menjurus ke wilayah porno dan pornografi.

So, kalo udah jadi cara pandang dan kaidah berpikir, maka pelakunya akan melakukan apa yang memang menjadi pemahamannya. Gimana pun juga, tingkah laku orang itu bergantung kepada pemahamannya. Kalo memahami bahwa pornografi itu adalah seni, dan seni adalah ekspresi yang tidak boleh dikekang dan dibatasi, maka ia akan mewujudkannya dalam perbuatannya. Begitu pula kalo memahami bahwa bertaburannya konten pornografi di internet adalah bagian dari freedom of speech dan kebebasan berkreasi, maka dia akan mati-matian melakukannya en merasa nggak boleh ada pihak manapun—termasuk negara— yang melarang kreativitasnya tersebut.

Bayangin aja deh, kalo yang model begini jumlahnya banyak dan menguasai media informasi. Bisa bikin berabe. Mereka bukan saja melek teknologi, tapi juga melek terhadap peluang yang memungkinkan untuk melakukan kemaksiatan termasuk kejahatan. Padahal nih, gaul dengan teknologi nggak mesti error. Justru sebaliknya, gaul soal teknologi untuk memberantas kemungkaran dan menegakkan kebenaran dengan memanfaatkan teknologi.

Definisi pornografi

Yup, definisi emang penting banget, itu sebabnya Ibnu Sina pernah berkomentar: “Tanpa definisi, kita tak akan pernah bisa sampai kepada konsep.” Karena itu, definisi, menurut filsuf Iran itu, sama pentingnya dengan silogisme (baca: logika berpikir yang benar) bagi setiap proposisi (dalil atau pernyataan) yang kita buat.

Oya, definisi yang jelas bakalan menolong kita untuk menentukan keputusan dan penilaian. Nggak ragu en nggak bingung. Nggak kayak sekarang nih, menentukan definisinya aja sesuai persepsi masing-masing orang. Karuan aja hasilnya beragam. Ada yang bilang kalo berpose telanjang tanpa sehelai benangpun menutupi tubuhnya baru dibilang pornografi, ada juga yang bilang kalo masih mengenakan busana, meski kayak kekurangan bahan (terlihat auratnya) belum masuk definisi pornografi. Malah nih, kalo sesuai budaya ketimuran, belum dianggap porno. Misalnya kalo di Jawa pake kemben atau di Papua dengan kotekanya. Waduh, makin bingung aja tuh definisi pornografi.

Itu sebabnya, paling nggak kudu buka kamus nih. Biar bisa dapetin gambaran. Seperti disebutkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahwa pornografi adalah penggambaran tingkah laku secara erotis dengan lukisan atau tulisan untuk membangkitkan nafsu berahi; atau bahan bacaan yang dengan sengaja dan semata-mata dirancang untuk membangkitkan nafsu berahi dalam seks.

Dalam Microsoft Encarta Dictionary Tools, pornografi didefinisikan sebagai sexually explicit material: films, magazines, writings, photographs, or other materials that are sexually explicit and intended to cause sexual arousal. Tuh jelas banget kan, bahwa pornografi tuh adalah penggambaran secara tegas tentang seksual; bisa dalam film, majalah, tulisan, foto dan bahan lainnya yang bermaksud menimbulkan rangsangan seksual.

Oya, pornografi tuh nggak ada hubungannya dengan kebebasan berekspresi dan seni. Karena sejatinya, estetika (seni) tetap harus berdampingan dengan etika.

Bagaimana dengan Islam? Sebagai Muslim, tentu kita wajib menjadikan Islam sebagai pedoman hidup kita. Terus, nggak boleh juga kita setengah-setengah dalam mengamalkan Islam. Nggak boleh juga ada pilihan lain untuk ngatur urusan kehidupan kita dengan aturan selain Islam. Jadi intinya, apa kata Islam deh. Kita wajib taat kepada ketentuan Allah dan RasulNya dan harus secara menyeluruh (kaaffah). Allah Swt. Befirman: “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS al-Baqarah [2]: 208)

Dalam menafsirkan ayat ini, Imam Ibnu Katsir menyatakan: “Allah Swt. telah memerintahkan hamba-hambaNya yang mukmin dan mempercayai RasulNya agar mengadopsi sistem keyakinan Islam (‘akidah) dan syari’at Islam, mengerjakan seluruh perintahNya dan meninggalkan seluruh laranganNya selagi mereka mampu.”

Guys, Islam juga udah mengatur tentang aurat. Itu sudah cukup untuk memberikan definisi tentang pornografi atau pornoaksi. Batasan aurat ini memungkinkan kita untuk bisa menentukan apakah suatu perilaku, gambar, atau gaya berpakaian seseorang termasuk memamerkan aurat atau nggak ke khalayak umum.Oya, aurat perempuan adalah seluruh tubuhnya kecuali wajah dan kedua telapak tangannya (Ahkaamul Quran al-Jashash III/318).

Kalo anak laki, yang termasuk wilayah auratnya adalah dari pusar ampe lutut. Itu batasan auratnya. Jadi nih, kalo ada anak cowok pake koteka dan dipamerin di depan orang banyak, jelas termasuk membuka auratnya. Itu sudah terkategori bentuk pornoaksi. Begitu pun kalo ada anak cewek pake kemben (salah satu pakaian adat Jawa), dan dipake di depan umum, maka sudah terkategori pamer aurat (itu masuk pornoaksi). Membuka aurat di depan umum dalam pandangan Islam terkategori dosa. Nah, ini jelas kan definisinya.

Itu sebabnya, kayaknya ampir semua media massa yang ada saat ini bakalan dicap sebagai media massa penyebar pornografi kalo pake definisi Islam. Dan, seharusnya memang standar itulah yang dipake oleh setiap Muslim ketika menilai suatu fakta berupa perbuatan maupun pemikiran. Catet yo!

‘Mengeksekusi’ pornografi

Kalo dibiarin aja nggak bakalan selesai-selesai. Lihat aja penanganan yang selama ini dilakukan oleh negeri ini, yang menganut ideologi Kapitalisme-Sekularisme, malah menjadikan kebebasan sebagai the way of life. Ideologi macam apa itu? Kok malah bikin rusak kepribadian umat manusia?

Sobat, sebagai sebuah ideologi, Islam punya cara penyelesaian terhadap masalah ini. Tentu, jika Islam diterapkan sebagai ideologi negara. Menurut Abdurrahman al-Maliki, “Barangsiapa yang mencetak atau menjual, atau menyimpan dengan maksud untuk dijual atau disebarluaskan, atau menawarkan benda-benda perhiasan yang dicetak atau ditulis dengan tangan, atau foto-foto serta gambar-gambar porno, atau benda-benda lain yang dapat menyebabkan kerusakan akhlak, maka pelakunya akan dikenakan sanksi penjara sampai 6 bulan.” (Sistem Sanksi dalam Islam, hlm. 288-289)

Oya, hukuman tersebut termasuk dalam perkara ta’zir alias jenis dan bentuk hukumannya diserahkan kepada qadhi (hakim). Kalo emang tingkat bahayanya besar banget, bisa aja qadhi menghukum lebih lama atau bentuk hukuman lain, misalnya dicambuk.

Bro, untuk memelihara diri dan membebaskan diri dari jeratan pornografi secara teknis, coba deh lakukan mulai dari diri sendiri dan orang-orang terdekat kita: temen, keluarga. Tentu kita nggak mau kan diri dan lingkungan kita rusak karena racun pornografi. Percaya deh, pornografi nggak ada gunanya. Nggak perlu tuh ngintip-ngintip penasaran sama yang namanya pornografi. Jangan sampe kita berkoar-koar tentang pornografi tapi kalo nemu di depan mata diembat juga. Naudzubillah!

Kapan dan di mana pun kita menemukan media yang berbau pornografi, jangan ragu-ragu untuk menghancurkannya. Jaga diri, jaga keluarga, dan teman-teman. Saling mengawasi dan mengingatkan bukan berarti ikut campur urusan orang lho, tapi kita menjaga diri dan lingkungan untuk menghindari kerusakan dan maksiat. Ok, guys?

BTW, kalo nanti Islam udah diterapkan sebagai ideologi negara, mereka yang ada di pedalaman seperti di Papua dan suku dayak lainnya, nggak bakalan dijadikan sebagai obyek wisata. Nggak kayak sekarang, mereka dianggap sebagai warisan budaya bangsa. Itu dzalim, karena seharusnya pemerintah memberikan pembinaan dan mendakwahi mereka agar mau hidup lebih mulia. Tapi nyatanya, malah dipelihara agar tetap jahiliyah seperti itu. Kasihan banget kan?

Terus nih, nggak kayak sekarang, pemerintah hendak menerapkan pemblokiran situs-situs porno aja masih banyak yang menolak dengan alasan melanggar prinsip demokrasi itu sendiri yang memang memberikan kebebasan tanpa batas kepada siapa pun. Halah, hari gene masih memuja dan membela demokrasi? Padahal, sistem ini udah ketahuan lemot, bobrok, dan membahayakan manusia.

Oke deh, kalo nggak mau negeri ini jadi negara porno, maka mulai sekarang jauhkan demokrasi-sekulerisme-kapitalisme dan antek-anteknya dari pikiran kita. Sebaliknya, kita wajib cinta Islam, pelajari Islam, dan kampanyekan agar Islam diterapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Insya Allah akan berkah dan menyelamatkan seluruh umat manusia. Bukan hanya kaum muslimin. Percayalah! [osolihin: sholihin@gmx.net]

Selasa, 01 April 2008

animo #023

Assalamu’alaikum. TOP BGT dah buat GI. Tema edisi 022 ttg Pentas Seni kena banget dengan kondisi di sekolahku. Thx banget ya GI. Sukses slalu buat GI and crew!
Vivi, Bekasi [xxxxxrebelina@telkom.net]

’alaikumussalam Vivi. Ehm.. jd geer nih. BTW, di sekolahmu emang sering diadain pensi ya? Smoga jadi bhn utk dakwah di sana ya. Tetep semangat!

Ass. Wr.Wb. Aku mau usul gimana kalo kamu bahas tentang April Mop, apakah itu budaya dari Islam atau bukan? Please ya.. bahas. Aku soalnya butuh banget.
Inggriyani, Bogor [iingxxxxx@yahoo.co.id]

Wswb Inggriyani. Hmm... usulmu kita tampung dulu ye. Biar kita godok dulu. Makasih ya atas usulannya.

Assalaamu’alaikum. Makasih buat GI yg udah bhs ttg pensi. Usulku akhrnya diterima jg. Bgs cr bhs & isinya keren abizzz.. Thx bgt ya. Sukses slalu.
Erni, SMAN 3 [+6281808267xxx]

’alaikumussalam Erni. Alhamdulillah, mksh jg atas usulan kerennya dr kamu. I.Allah qt sukses dg ISLAM.

Ass. Wrwb. GI, di eds kmrn ada acr chat ya breng GI? Aq mau jg dong. Tp itu di internet ya? Gmn kl kmu dateng aja skolah2 utk wa2ncara lgsg. Kyknya seru deh!
Lili, Bandung [+628122246xxx]

’alaikumussalam Lili. Usulmu oke jg. Tp kalo dtg lgsng utk wa2ncr kyknya blm bs maksimal. Slama ini chat di Ym ckp efektif. Ok? Makasih ya. Tetep semangat!

salam #023:

Assalaamu’alaikum wr. wb.

Film “Ayat-Ayat Cinta” jadi fenomena baru euy di jagat industri film nasional. Gimana nggak, film tersebut ditonton sekitar 3 juta orang hanya dalam waktu kurang dari sebulan. Kalo diukur dari prestasi minat penonton, mungkin saja itu angka statistik yang bisa dibanggakan. Meski demikian, pro-kontra terhadap film tersebut juga marak. Terutama dalam diskusi-diskusi di internet.

Ada yang protes karena isinya beda ama di novel, ada pula yang ngamuk-ngamuk di blog pribadinya gara-gara ada bagian yang tampaknya dihilangkan agar tak memicu polemik agama, ada juga yang melihatnya dari sisi fikih. Meski begitu, ada juga bagian film itu yang benar. Misalnya menolak pacaran, menyampaikan syariat poligami, menyampaikan kasih-sayang sesama manusia, membudayakan sabar dan ikhlas. Bagus juga sih. Meski demikian, kita tetap harus jeli, karena ajaran Islam tentu nggak sesederhana itu. Jika tujuannya menyampaikan dakwah dan mencerdaskan kaum muslimin, seharusnya bisa berani menyampaikan Islam apa adanya semuanya tanpa ditutup-tutupi demi menjaga toleransi. Tul nggak?

Boys and gals, sekadar ikut meramaikan diskusi yang sudah marak sebelumnya di internet, gaulislam sengaja angkat tema ini untuk membahas dari sisi lain yang jarang dibahas oleh mereka yang pro maupun kontra (ciee pede banget!). Semoga semangat cinta Islam bisa dilanjutkan dengan belajar Islam, bukan sebatas nonton film islami aja. Setuju kan? So, baca aja edisi 023 ini.

Salam,
Redaksi

Film "Ayat-Ayat Cinta" Itu...

edisi 023/tahun I (23 Rabiul Awal 1429 H/31 Maret 2008)

Kayaknya bagi kamu yang stay tune mantengin berita seputar fenomena film Ayat-Ayat Cinta bakalan ngeh dengan kehebohan film tersebut. Maklum, banyak media nasional seperti kompakan menurunkan berita seputar kesuksesan film tersebut bagi industri film nasional. Bahkan, Wapres Jusuf Kalla aja sampe bela-belain nonton film Ayat-Ayat Cinta di bioskop membaur dengan penonton umum lainnya. Waduh, jarang-jarang nih ada film nasional yang sampe ditonton sama petinggi negara di bioskop.

Sekadar informasi aja, setelah dirilis resmi pada 28 Februari 2008 lalu, film garapan rumah produksi MD Pictures ini berhasil menorehkan sejarah sebagai film paling laris sepanjang masa. Baru empat hari diputar, Ayat-Ayat Cinta sudah membukukan jumlah 700.000 penonton. Jumlah penonton terus bertambah hingga tembus angka 2,9 juta hanya tiga minggu setelah beredar. Kini dapat dipastikan jumlah penonton sudah lebih dari tiga juta orang (SINDO, 23 Maret 2008)

Oya, angka itu hanya dihitung dari penonton yang nonton di bioskop, belum lagi yang nonton via VCD/DVD bajakan yang beredar luas. Kayaknya bisa lebih banyak lagi tuh. Wis, pokoke pol banget dah. Film yang diangkat dari novel karya Kang Abik, sapaan akrab Habiburrahman el-Shirazy ini memang diprediksi bakalan sukses. Maklum, bukunya aja udah tercetak sekitar 400.000 eksemplar. Belum lagi kalo dihitung dengan buku bajakannya bisa-bisa lebih dari itu. Maklum, para pembajak tahu betul buku (termasuk film) apa saja yang lagi laris di pasaran. Hehehe…

Meski demikian, sukses film Ayat-Ayat Cinta ini rupanya diiringi juga dengan pro-kontra. Banyak yang mendukung, tapi nggak sedikit pula yang protes keras. Mulai dari isi cerita di film beda jauh dengan isi di novelnya, bahkan ada perbedaan yang sangat fatal seperti tidak ditampilkannya di film padahal itu termasuk bagian penting dari isi novel.

Sebagian blogger yang memprotes film tersebut bahkan mempertanyakan masalah fikih (syariat) dalam film itu. Misalnya, boleh nggak sih adegan Fedi Nuril ama Rianti Cartwright di film itu? Gimana pun juga kan mereka bukan mahram. Belum lagi ada kesalahan penyebutan definisi ahlu dzimah yang keliru dan tidak pada tempatnya. Saya nggak tahu apa kutipan itu ada di bukunya juga apa nggak, jadi nggak bisa bedain. Tapi yang jelas dialog di film tersebut yang menyampaikan suatu istilah dengan keliru harus segera diluruskan.

Oya, film tersebut emang nggak semuanya memuat kesalahan, ada juga yang benarnya kok. Seperti syariat poligami, aturan ta’aruf, tentang sabar dan ikhlas, tapi semua itu jadi hambar gara-gara ada beberapa bagian yang terpenting malah dihilangan dalam film.

Memang sih, Hanung Bramantyo sebagai sutradara ngasih komen dengan maraknya protes terhadap karyanya tersebut, khususnya yang membandingkan dengan isi novelnya, “Harus dipisahkan antara novel dengan film, keduanya merupakan medium yang berbeda.” (SINDO, 23 Maret 2008)

Oke deh, terlepas dari pro dan kontra terhadap film Ayat-Ayat Cinta dari perbedaan antara isi cerita di novel dan film, tapi Ayat-Ayat Cinta juga perlu dikritisi. Terutama dari sisi penyampaian pesan Islam dan media penyampaian pesannya. Sebab, orang udah kadung ikutan heboh dengan tema “cinta” yang diusung dan “konflik emosi” yang bertaburan di film tersebut, jadi kurang kritis. So, tanpa maksud bikin suasana tambah ‘runyam’, akhirnya gaulislam ikut ngebahas dari sisi lain agar menjadi perhatian kaum muslimin untuk bisa menempatkan persoalan dengan benar.

Tak berani suarakan Islam
Boys and gals, ada satu adegan yang dipotong di film tersebut yang beda jauh alias bertolak-belakang dengan cerita di novelnya. Demi mengedepankan sisi toleransi, Hanung memang mencoba menghilangkan beberapa adegan yang sekiranya memicu polemik. “Adegan seperti wartawan Amerika bernama Alice dan Maria seorang Kristen Koptik yang akhirnya masuk Islam, itu saya hilangkan, karena saya tidak ingin film ini men-judge orang untuk masuk Islam,” katanya (SINDO, 23 Maret 2008)

Lha. Piye iki? Untuk kasus ini, selain mengecewakan bin mengkhianati para pembaca novel tersebut, juga film ini menjadi kendaraan untuk membohongi publik. Bukan hanya karena beda dengan cerita di novelnya, tapi makna toleransi pun udah salah kaprah. Seharusnya kita berpikir, bahwa saat ini orang nggak mudah (meski ada juga yang gampang terpengaruh) untuk percaya begitu saja dengan isi film, jadi kekhawatiran akan menimbulkan polemik jutsru berlebihan. Sebab, sejatinya polemik itu bisa saja terjadi. Bandingkan dengan buku dan film The Da Vinci Code yang konon kabarnya bisa mengguncang iman kaum kristiani karena isinya yang bisa menggoyahkan keyakinan akidah mereka. Tapi, show must be go on. Pembaca dan penonton yang akan menilainya langsung. Bisa pro bisa juga kontra. Nggak ada yang perlu dikhawatirkan bukan?

Tapi kalo belum apa-apa sudah tidak berani menyuarakan kebenaran Islam, apa yang mau dibanggakan? Prestasi penonton yang mencapai 3 juta orang lebih tak berarti apa-apa-kecuali keuntungan secara materi dan ketenaran-jika isinya meracuni keyakinan dan akidah kaum muslimin itu sendiri. Itulah kenapa kita sangat menyayangkan isi film ini. Saya juga nggak tahu kenapa penulis novelnya mau saja ceritanya diubah ketika difilmkan. Apa pun alasannya, menurut saya, dalam pandangan ajaran Islam, hal itu adalah sebuah kelalaian yang bisa berakibat fatal bagi pemahaman kaum muslimin. Allahu’alam.

Bandingkan dengan film-film Hollywood yang seringkali menyisipkan dialog yang menyudutkan Islam seperti di film Die Hard 4.0, Shooter, Eraser dan lainnya yang secara terang-terangan berani menyebut kaum muslimin sebagai teroris. Pertanyaannya, mengapa kita nggak berani menyampaikan kebenaran itu? Mengapa adegan penting seperti masuk Islamnya dua tokoh dalam film tersebut dihilangkan dengan alasan toleransi?

Sekadar mengingatkan bahwa toleransi tidaklah berarti mengakui kebenaran agama mereka, tapi mengakui keberadaan agama mereka dalam realitas bermasyarakat. Trus, toleransi juga bukan berarti kompromi atau bersifat sinkretisme dalam keyakinan dan ibadah. Oya, sinkretisme adalah menyamakan bahwa semua agama tuh benar. Padahal, kita tak boleh sama sekali ngikuti agama dan ibadah mereka dengan alasan apapun (Drs. H. Yunahar Ilyas, Lc., M.A., Kuliah Akhlaq, hlm 210)

Lagian sikap kita udah jelas kok seperti yang udah diajarin Allah Swt. dalam firmanNya: “Untukmu agamamu, dan untukku agamaku” (QS al-Kaafiruun [109]: 6)

So, menurut saya, justru dengan menghilangkan adegan penting masuk Islamnya Maria dan Alice di film itu sudah tidak menghargai karya penulis novelnya, juga seluruh kaum muslimin karena hak mereka untuk mendapatkan informasi yang benar dan pemahaman yang shahih ‘dirampok’ oleh pembuat film tersebut.

Belum lagi adegan di sebuah kendaraan umum yang menggambarkan dialog antara Fahri dengan seorang penumpang yang ngotot tidak membolehkan orang kafir Amerika untuk diberikan tempat duduk. Fahri digambarkan menyampaikan pernyataan tentang ahlu dzimah tetapi keliru dan bukan pada tempatnya. Pada dialog itu disebutkan:”Orang asing yang masuk ke dalam sebuah negara secara sah berarti ia seorang ahlu dzimah yang harus dilindungi keselamatan dan kehormatannya.”

Padahal yang dimaksud ahlu dzimah (kafir dzimmy) adalah orang non-Muslim yang menjadi warga negara, yang hidup bersama mereka (kaum Muslim) di Negara Islam (Daulah Khilafah, pen.), membayar jizyah dan taat kepada hukum-hukum Islam, kecuali yang menyangkut praktik hukum yang diakui untuk mereka, seperti hukum-hukum tentang akidah, ibadah, nikah, talak, makanan (minum) dan pakaian. (Imam asy-Syafi’i, al-Umm, juz IV, hlm. 213-dikutip pada buku Jihad dan Perang, jilid I, karya Dr. Muhammad Khair Haekal, hlm. 218)

Sabda Rasulullah saw.:“Barangsiapa yang membunuh seorang (kafir) yang sedang terikat perjanjian (mu’ahadah) yang telah mendapat perlindungan dari Allah dan RasulNya (dzimmiy), maka ia telah melanggar perlindungan Allah-yakni mengkhianati perjanjian-dan dia tidak akan mencium baunya surga, meskipun bau surga itu tercium dari jarak sejauh perjalanan yang lamanya 40 musim gugur.”

Selain itu Ali bin Abi Thalib ra pernah mengatakan, “Sesungguhnya, hanya dengan membayar jizyah, maka harta mereka berstatus sama seperti harta kita dan darah mereka sama seperti darah kita.” (Muhammad Husain Abdullah, Studi Dasar-dasar Pemikiran Islam, hlm. 211)
Persoalannya, Mesir–yang menjadi setting tempat dalam novel dan film itu–bukan negara Islam. Mesir tuh negara sekular, sama dengan Indonesia dan negeri Islam lainnya karena udah menerapkan sistem Kapitalisme-Demokrasi dari Barat. Lagian, sampai saat ini, sejak keruntuhan Khilafah Islamiyah pada 3 Maret 1924 belum berdiri lagi Khilafah Islamiyah (Negara Islam), jadi penyebutan istilah ahlu dzimmah di film tersebut jelas keliru banget dan nggak pada tempatnya.

Oya, ini bukan kritikan, tapi masukan tanda peduli dan cinta kepada kaum muslimin. Jangan sampe isi film ini kemudian mempengaruhi dengan mudah–meski saya akui tak mudah orang untuk terpengaruh begitu saja. Apalagi jika isinya ternyata mengaburkan pemahaman Islam itu sendiri. Jangan sampe kemudian film ini dijadikan senjata untuk melemahkan pemahaman kaum muslimin secara perlahan-lahan. Masih mending dituduh teroris sehingga masih bisa berontak dan menolak. Lha, kalo ‘dibodohi’, sulit orang bisa berontak kecuali mereka yang sadar dan mengedepankan pemahaman, bukan perasaan belaka.

Saatnya kampanyekan Islam apa adanya
Jangan menutupi kebenaran Islam, apalagi sampe menyimpangkan ayat-ayat Allah dan sabda Rasulullah demi mendapat respon positif dan atas nama dakwah yang katanya secara damai itu. Padahal sejatinya bukan tak mungkin malah menikam Islam itu sendiri karena penyampaiannya yang keliru.

So, meski mungkin tulisan ini tak akan banyak terbaca karena disapu gelombang informasi ‘sepihak’ tentang fenomena film ini, tapi paling nggak kamu yang baca harus mulai berlatih menjadi cerdas dengan menjadikan Islam sebagai pandangan dan pedoman hidup. Tentu, agar tetap mampu menyampaikan Islam apa adanya. Jangan beralasan atas nama dakwah, tapi tindakannya malah menghilangkan bagian yang semestinya disampaikan sebagai dakwah seperti dalam film Ayat-Ayat Cinta ini. Apalagi kalo harus ngomongin aktivitas pemainnya, gimanapun Fedi Nuril ama Rianti Cartwright bukan mahram dalam kehidupan nyata, kok bisa mesraan gitu di film? Apa karena atas nama dakwah? Halah, dakwah kok jadi hiburan dan tambang uang para kapitalis. Musibah… [osolihin: sholihin@gmx.net]