Kamis, 28 Februari 2008

Haruskah Merayakan Tahun Baru?

gaulislam edisi 010/tahun I (31 Desember 2007)


Nggak terasa perjalanan hidup kita di tahun 2007 ini tinggal menghitung detik aja. Itu dihitung saat artikel di buletin kesayangan kamu ini terbit pada akhir bulan Desember 2007. Sebenarnya hitungan tahun itu sekadar untuk ukuran. Bisa ditentukan aturan pengukurannya sama kita sendiri sebagai bahan untuk membuat target dan program dalam jangka waktu tertentu. Misalnya sedetik, semenit, satu jam, satu hari, satu minggu, satu bulan, satu tahun, satu windu, satu dasawarsa, satu abad, satu milenium. Selain membuat target dan program, tentunya ukuran waktu tersebut sebagai bahan evaluasi diri dan perjalanan hidup kita.
Nah, ngomong-ngomong soal tahun baru masehi yang senantisa dirayakan dengan sangat meriah, kadangkala bahkan ada yang sengaja melupakan sejenak persoalan hidup yang berat untuk sekadar merayakan pergantian tahun: old and new. Haruskah kita merayakan pergantian tahun tersebut? Padahal, isinya tak jauh dari “itu-itu” juga: kumpul bareng dengan keluarga, atau bersama komunitas yang kita buat, atau rame-rama membaur dengan masyarakat pada umumnya di tempat tertentu sambil menikmati makanan dan hiburan. Termasuk melanggengkan tradisi niup terompet pas detik jarum jam yang disepakati sebagai penanda awal dan akhir tahun tepat di angka 12 atau pada jam digital menunjukkan kombinasi angka “00.00”.

Idih, apa enaknya kayak gitu? Cuma hiburan sesaat, suka-suka sejenak, setelah itu esok hari kita stres lagi dihadapkan pada langkanya minyak tanah, pada nasib diri yang tak kunjung membaik, pada semua harga-harga yang makin tak terbeli, pada banjir yang menenggelamkan kota, pada tanah longsor yang siap mengubur dan pada semua beban hidup yang mendera. Maklumlah, jaman sekarang lagi krisis kayak gini kalo sampe hura-hura keterlaluan banget! Iya nggak sih?

Belum lagi kalo kita ngomongin hukum merayakan pergantian tahun baru masehi, boleh apa nggak, haram apa nggak bagi kaum muslimin. Iya kan? Kita harus tahu. Malu atuh ama jenggot yang tumbuh di mana-mana (eh, jenggot kan cuma tumbuh di bawah dagu ya?). Iya, maksudnya udah gede tapi nggak tahu aturan syariat kan kayaknya gimana gitu? Nggak layak, gitu lho! Sori ini bukan merendahkan, tapi sekadar nyindir bin nyentil aja. Supaya kamu yang belum tahu terpacu untuk belajar. Setuju kan?

Hukum merayakan tahun baru masehi
Nah, sebelum membahas lebih lanjut, saya sengaja menempatkan subjudul ini lebih dulu ketimbang tema lain. Iya, ini supaya kita sebagai muslim bisa berhati-hati sebelum melakukan perbuatan. Sebab, berdasarkan kaidah fiqih dalam ajaran agama kita, bahwa hukum asal suatu perbuatan adalah terikat dengan hukum syara (sayriat Islam). Itu sebabnya, sebelum melakukan suatu perbuatan kita harus tahu apakah perbuatan tersebut dihukumi sebagai perbuatan yang dibolehkan, diwajibkan, disunnahkan, diharamkan atau dihukumi sebagai makruh.

Lalu apa hukumnya merayakan tahun baru masehi bagi seorang muslim? Jawaban singkatnya adalah SSTBAH alias sangat sangat tidak boleh alias haram. Titik.

Duh, kok saklek banget sih? Oke, kalo kamu pengen tahu sebabnya, gaulislam mo ngasih bocorannya nih. Bahwa merayakan tahun baru masehi adalah bukan tradisi dari ajaran Islam. Meskipun jutaan atau miliaran umat Islam di dunia ini merayakan tahun baru masehi dengan sukacita dan lupa diri larut dalam gemerlap pesta kembang api atau melibatkan diri dalam hiburan berbalut maksiat tetap aja nggak lantas menjadikan tuh perayaan jadi boleh atau halal. Sebab, ukurannya bukanlah banyak atau sedikitnya yang melakukan, tapi patokannya kepada syariat.Oke?

So, sekadar tahu aja nih, tahun baru masehi itu sebenarnya berhubungan dengan keyakinan agama Nasrani, lho. Masehi kan nama lain dari Isa Almasih dalam keyakinan Nasrani. Sejarahnya gini nih, menurut catatan di Encarta Reference Library Premium 2005, orang pertama yang membuat penanggalan kalender adalah seorang kaisar Romawi yang terkenal bernama Gaisus Julius Caesar. Itu dibuat pada tahun 45 SM jika mengunakan standar tahun yang dihitung mundur dari kelahiran Yesus Kristus.

Tapi pada perkembangannya, ada seorang pendeta Nasrani yang bernama Dionisius yang kemudian ‘memanfaatkan’ penemuan kalender dari Julius Caesar ini untuk diadopsi sebagai penanggalan yang didasarkan pada tahun kelahiran Yesus Kristus. Itu sebabnya, penanggalan tahun setelah kelahiran Yesus Kristus diberi tanda AD (bahasa Latin: Anno Domini yang berarti: in the year of our lord) alias Masehi. Sementara untuk jaman prasejarahnya disematkan BC (Before Christ) alias SM (Sebelum Masehi)

Nah, Pope (Paus) Gregory III kemudian memoles kalender yang sebelumnya dengan beberapa modifikasi dan kemudian mengukuhkannya sebagai sistem penanggalan yang harus digunakan oleh seluruh bangsa Eropa, bahkan kini di seluruh negara di dunia dan berlaku umum bagi siapa saja. Kalender Gregorian yang kita kenal sebagai kalender masehi dibuat berdasarkan kelahiran Yesus Kristus dalam keyakinan Nasrani. “The Gregorian calendar is also called the Christian calendar because it uses the birth of Jesus Christ as a starting date.”, demikian keterangan dalam Encarta.

Di jaman Romawi, pesta tahun baru adalah untuk menghormati Dewa Janus (Dewa yang digambarkan bermuka dua—ini bukan munafik maksudnya, tapi merupakan Dewa pintu dan semua permulaan. Jadi mukanya dua: depan dan belakang, depan bisa belakang bisa, kali ye?). Kemudian perayaan ini terus dilestarikan dan menyebar ke Eropa (abad permulaan Masehi). Seiring muncul dan berkembangnya agama Nasrani, akhirnya perayaan ini diwajibkan oleh para pemimpin gereja sebagai satu perayaan “suci” sepaket dengan Natal. Itulah sebabnya mengapa kalo ucapan Natal dan Tahun baru dijadikan satu: Merry Christmas and Happy New Year, gitu lho.

Nah, jadi sangat jelas bahwa apa yang ada saat ini, merayakan tahun baru masehi adalah bukan berasal dari budaya kita, kaum muslimin. Tapi sangat erat dengan keyakinan dan ibadah kaum Nasrani. Jangankan yang udah jelas perayaan keagamaan seperti Natal, yang masih bagian dari ritual mereka seperti tahun baru masehi dan ada hubungannya serta dianggap suci aja udah haram hukumnya dilakukan seorang muslim. Why?

Di antara ayat yang menyebutkan secara khusus larangan menyerupai hari-hari besar mereka adalah firman Allah Swt.: “Dan orang-orang yang tidak memberikan perasaksian palsu” (QS al-Furqaan [25]: 72)

Ayat ini berkaitan dengan salah satu sifat para hamba Allah yang beriman. Ulama-ulama Salaf seperti Ibnu Sirin, Mujahid dan ar-Rabi' bin Anas menafsirkan kata "az-Zuura" (di dalam ayat tersebut) sebagai hari-hari besar orang kafir.Itu artinya, kalo sampe seorang muslim merayakan tahun baru masehi berarti melakukan persaksian palsu terhadap hari-hari besar orang kafir. Naudzubillahi min dzalik.

Padahal, kita udah punya hari raya sendiri, sebagaimana dalam hadits yang shahih dari Anas bin Malik ra, dia berkata, saat Rasulullah saw. datang ke Madinah, mereka memiliki dua hari besar ('Ied) untuk bermain-main. Lalu beliau bertanya, “Dua hari untuk apa ini?” Mereka menjawab, "Dua hari di mana kami sering bermain-main di masa jahiliyyah". Lantas beliau bersabda: "Sesungguhnya Allah telah menggantikan bagi kalian untuk keduanya dua hari yang lebih baik dari keduanya: Iedul Adha dan Iedul Fithri" (Dikeluarkan oleh Imam Ahmad di dalam Musnadnya, No. 11595, 13058, 13210)

Terus, boleh nggak sih kita merayakan tahun baru karena niatnya bukan menghormati kelahiran Yesus Kristus dalam keyakinan agama Nasrani? Ya, sekadar senang-senang aja gitu, sekadar refreshing deh. Hmm.. ada baiknya kamu menyimak ucapan Umar Ibn Khaththab: “Janganlah kalian mengunjungi kaum musyrikin di gereja-gereja (rumah-rumah ibadah) mereka pada hari besar mereka karena sesungguhnya kemurkaan Allah akan turun atas mereka” (Dikeluarkan oleh Imam al-Baihaqy No. 18640)

Umar ra. berkata lagi, "Hindarilah musuh-musuh Allah pada momentum hari-hari besar mereka" (ibid, No. 18641)

Dalam keterangan lain, seperti dari Abdullah bin Amr bin al-Ash ra, dia berkata, "Barangsiapa yang berdiam di negeri-negeri orang asing, lalu membuat tahun baru dan festival seperti mereka serta menyerupai mereka hingga dia mati dalam kondisi demikian, maka kelak dia akan dikumpulkan pada hari kiamat bersama mereka” ('Aun al-Ma'bud Syarh Sunan Abi Daud, Syarh hadits no. 3512)

Nah, berkaitan dengan larangan menyerupai suatu kaum (baik ibadahnya, adat-istiadatnya, juga gaya hidupnya), Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka” (HR Imam Ahmad dalam Musnad-nya jilid II, hlm. 50)

At-Tasyabbuh secara bahasa diambil dari kata al-musyabahah yang berarti meniru atau mencontoh, menjalin atau mengaitkan diri, dan mengikuti. At-Tasybih berarti peniruan. Dan mutasyabihah berarti mutamatsilat (serupa). Dikatakan artinya serupa dengannya, meniru dan mengikutinya.

Tasyabbuh yang dilarang dalam al-Quran dan as-Sunnah secara syar’i adalah menyerupai orang-orang kafir dalam segala bentuk dan sifatnya, baik dalam aqidah, peribadatan, kebudayaan, atau dalam pola tingkah laku yang menunjukkan ciri khas mereka. Hmm.. catet ye!
Tahun baru, dosa baru?
Waduh, masa’ sih kita memulai bilangan tahun dengan dosa baru? Apalagi untuk dosa lama aja kita belum pernah melakukan tobatnya, tapi udah bikin dosa baru. Keterlaluan abis deh kalo sampe punya cita-cita seperti itu. Tapi kenyataannya, ternyata banyak di antara kita yang malah merayakan tahun baru masehi dengan melakukan aktivitas maksiat. Kasihan deh!

Boys and gals, sebenarnya dalam pandangan Islam, untuk mengevaluasi diri selama ini udah ada tuntunannya dalam al-Quran, sebagaimana firman Allah Swt. (yang artinya): “Demi Waktu. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran” (QS al-Ashr [103] 1-3)

Rasulullah saw. bersabda: “Sebaik-baiknya manusia adalah orang yang diberi panjang umur dan baik amalannya, dan sejelek-jeleknya manusia adalah orang yang diberi panjang umur dan jelek amalannya.” (HR Ahmad)

Orang yang pasti beruntung adalah orang yang mencari kebenaran, orang yang mengamalkan kebenaran, orang yang mendakwahkan kebenaran dan orang yang sabar dalam menegakan kebenaran. Mengatur waktu dengan baik agar tidak sia-sia adalah dengan mengetahui dan memetakan, mana yang wajib, sunah, haram, mana yang makruh, en mana yang mubah. Intinya kudu taat sama syariat Islam.

Itu artinya perubahan waktu ini harusnya kita jadikan momentum (saat yang tepat) untuk mengevaluasi diri. Jangan malah hura-hura bergelimang kesenangan di malam tahun baru masehi. Sudahlah merayakannya haram, eh, caranya maksiat pula. Halah, apa itu nggak dobel-dobel dosanya? Naudzubillahi min dzalik!

Sobat muda muslim, nggak baik hura-hura, lho. Hindari deh ya. Jangan sampe lupa diri. Itu sebabnya, Rasulullah saw. mewanti-wanti tentang dua hal yang bikin manusia tuh lupa diri. Sabda beliau saw.: “Ada dua nikmat, dimana manusia banyak tertipu di dalamnya; kesehatan dan kesempatan.” (HR Bukhari)

Nggak baik kalo kita nyesel seumur-umur akibat kita menzalimi diri sendiri. Sebab, kita nggak bakalan diberi kesempatan ulang untuk berbuat baik atau bertobat, bila kita udah meninggalkan dunia ini. Firman Allah Swt.: “Maka pada hari itu tidak bermanfaat (lagi) bagi orang-orang yang zalim permintaan uzur mereka, dan tidak pula mereka diberi kesempatan bertaubat lagi.” (QS ar-Rûm [30]: 57)

Jadi, nggak usah deh kita ikutan heboh merayakan tahun baru masehi. Kita evaluasi diri, dan itu dilakukan setiap hari biar lebih seru. Jangan nunggu pergantian tahun baru masehi, entar tobat belum eh udah mati duluan. Rugi berat! Yuk kita tingkatin terus amal baik kita, jangan cuma menumpuk dosa. Hari demi hari harus lebih baik. Yup, mari mulai sekarang juga untuk evaluasi diri. Are you ready? [solihin: sholihin@gmx.net]

Save Our Earth!

gaulislam edisi 009/tahun I (24 Desember 2007)


Kalo kamu termasuk penggemar berita terkini, dan bukan gosip terkini apalagi sinetron terkini, pasti denger dan ngeh dong dengan hajatan KTT Bumi di Bali kemarin (3-14 Desember 2007). Ada 9.575 peserta dari 185 negara datang untuk ngebahas penyelamatan bumi dari kerusakan, khususnya mencegah meluasnya pemanasan global. Idih emangnya ada pengaruhnya buat kita-kita yang remaja dan imut-imut?

Ada lagi. Menurut laporan para ahli, bumi kita ini udah mengalami kerusakan yang parah. Di antaranya es di kutub udah banyak yang mencair. Akibatnya permukaan air laut jadi meninggi. Nah, kalo ini terus menerus terjadi bukan nggak mungkin akan banyak pulau yang hilang terendam air dan begitu pula kawasan tepi laut pun kerendam.

Selain itu, pemanasan global juga bikin kekacauan iklim. Coba aja kalo kamu iseng-iseng meneliti, sering kan terjadi musim panas yang berkepanjangan, curah hujan yang kelewat deras, gelombang laut yang tinggi, sampe naiknya permukaan air laut. Contohnya nih, di Jakarta udah beberapa kali kebanjiran akibat naiknya air laut ke daratan. Malah baru-baru ini Bandara Internasional Soekarno-Hatta sampai lumpuh akibat jalan menuju bandara direndam air hujan. Banyak penerbangan yang tertunda akibatnya.

Kekacauan iklim juga terasa banget ama para petani dan nelayan. Petani susah menebak musim bercocok tanam yang pas. Para nelayan juga jadi ngeri melaut karena gelombang air laut terus-terusan meninggi. Nah, buat kita-kita, efek pemanasan global juga terasa dengan makin gerahnya suhu di sekitar kita. Contohnya nih di kota Bogor tempat redaksi gaulislam mangkal, udah nggak sesejuk 10-20 tahun silam. Bogor juga sekarang udah ikut-ikutan panas, man!

Akibat ulah manusia
Nggak mungkin ada asap kalo nggak ada api. Begitu pula pemanasan global atau yang keren dengan sebutan global warming pasti ada sebabnya. Menurut catatan Wikipedia, pemanasan global disebabkan karena naiknya konsentrasi gas karbondioksida (CO2) dan gas-gas lainnya di atmosfer. Kenaikan konsentrasi gas CO2 ini disebabkan oleh kenaikan pembakaran bahan bakar minyak (BBM), batu bara dan bahan bakar organik lainnya yang melampaui kemampuan tumbuhan-tumbuhan dan laut untuk mengabsorbsinya.

Seperti kamu tahu, tumbuh-tumbuhan kan punya kemampuan menyerap CO2 dan mengubahnya menjadi O2. Nah, karena konsentrasi gas CO2 kelewat banyak, akhirnya tumbuh-tumbuhan keok. Kagak sanggup lagi menerimanya. Keadaan ini makin diperparah dengan aktivitas penggundulan hutan. Jadi, semakin berkuranglah kemampuan alam untuk menyerap gas CO2. Menurut Walhi kerusakan hutan di Indonesia adalah 7,2 hektar permenitnya. Ancur banget.

Kenaikan suhu global dari tahun 1860-2000Padahal akibat penggundulan hutan udah ketauan jelas. Kalau musim hujan menyebabkan longsor dan memudahkan terjadinya banjir. Contoh paling gampang ialah banjir di Jakarta itu disebabkan area serapan air di daerah Bogor-Puncak-Cianjur udah berubah fungsi jadi lahan perumahan, pertokoan atau industri. So, begitu air hujan turun ia nggak bisa lagi diserap tanah dan tanaman, tapi langsung meluncur ke sungai dan terjadilah banjir.

Di Jakarta konon ada sekitar 300 danau alam, tapi kini hanya tersisa belasan saja akibat dirusak manusia untuk dijadikan lahan pemukiman, dsb. Padahal danau itu kan berfungsi untuk menampung air hujan sekaligus menjadi persediaan air. Alasannya sih pembangunan dan pengembangan wilayah.

Udah begitu kawasan pantai yang semula area hutan bakau (mangrove) dihancurkan untuk dibuat kawasan pemukiman. Yup, beberapa komplek elit dan mall megah berdiri di tepi laut setelah menghancurkan hutan bakau di sana. Padahal hutan bakau itu bermanfaat untuk mencegah terjadi abrasi pantai oleh air laut. Selain juga bermanfaat untuk menahan naiknya air pasang ke permukaan. Gara-gara dihancurkan, akhirnya ibu kota jadi sering kebanjiran, baik oleh naiknya air laut ataupun air hujan. Kalo gitu salah siapa dong?

Guyz, rusaknya alam juga menyebabkan kerusakan rantai makanan. Dengan hutan yang kian gundul banyak hewan yang kehilangan tempat tinggal juga makanan mereka. Sebagian dari hewan-hewan itu hampir punah. Harimau Jawa dan Sumatera misalnya, udah kalah bersaing dengan orang Jawa dan orang Sumatera. Seremnya lagi seringkali terjadi serangan oleh hewan semisal gajah dan harimau kepada kawasan pemukiman warga. Hal itu disebabkan hewan-hewan liar itu kehabisan makanan, atau marah karena habitatnya dirusak oleh manusia. Maka benarlah Allah Swt. yang menyebutkan bahwa kerusakan alam ini karena perbuatan manusia sendiri, lho! FirmanNya: "Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (QS ar-Ruum [30]: 41)

Ajakan Islam
Sobat muda, Allah Swt. sudah menciptakan bumi ini dengan indah dan pastinya bermanfaat untuk manusia. Firman Allah Ta’ala:"Sesungguhnya Kami benar-benar telah mencurahkan air (dari langit), kemudian Kami belah bumi dengan sebaik-baiknya, lalu Kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu, anggur dan sayur-sayuran, Zaitun dan pohon kurma, kebun-kebun (yang) lebat, dan buah-buahan serta rumput-rumputan, untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu." (QS ‘Abasa [80]: 25-32)

Islam mengajak manusia untuk menjaga lingkungan, mulai dari kebersihan diri sampai larangan mengacak-acak apalagi ngerusaknya. Tentang kebersihan lingkungan Nabi saw. bersabda: "Janganlah seseorang kencing di air yang diam, yang tidak mengalir, lalu ia mandi di dalamnya." (HR Bukhari)

Sayang, banyak orang Islam yang nggak ngerti soal ini. Sering kan kita lihat orang buang hajat di tempat-tempat umum – pinggir jalan, di bawah pohon rindang tempat orang berteduh, dsb. -- padahal Nabi udah mengancam pelakunya. Sabda beliau: "Awaslah kamu dari dua tempat-tempat kutukan orang." Ditanyakan oleh orang-orang, "Apakah dua tempat yang dikutuk itu?" Jawab Nabi saw. "Orang yang buang hajat di jalan atau di tempat berteduh mereka." (HR Muslim)

Wah, kalo kamu udah kebelet pengen pipis atau BAB mending cari MCK aja deh yang terdekat, atau air mengalir seperti kali/sungai. Jangan malah 'ditumpahkan' seenaknya di sembarang tempat. Kalo nggak ada ya tahan aja sampai tiba di rumah (tahan nggak ya?)

Jangan coba-coba juga menyiksa dan membunuh hewan. Nabi saw. bersabda bahwa ada seorang Nabi yang ditegur Allah Swt. karena membakar sarang semut yang sudah menyengatnya. Kepadanya, Allah menurunkan wahyu, "Sesungguhnya hanya seekor semut yang menyengatmu, dan engkau bakar salah satu umat yang bertasbih kepada Tuhan?"

Nabi saw. juga bercerita bahwa ada orang yang masuk neraka karena menyiksa hewan, sabda beliau: "Seorang perempuan telah disiksa karena kucing yang telah dikurungnya sampai mati, maka ia masuk ke dalam neraka, karena ketika ia mengurung tidak diberinya makan dan tidak dilepaskan untuk mencari makan sendiri dari binatang-binatang bumi yang menjadi makanannya." (HR Bukhari, Muslim)

Ibnu Umar ra. berjalan dan bertemu dengan pemuda-pemuda Quraisy yang sedang meletakkan burung sebagai sasaran latihan memanah, dan tiap kali lemparan itu tidak tepat, maka anak panah kembali ke bagian tubuh burung itu. Ketika mereka melihat Ibnu Umar mereka lari berpencar. Ibnu Umar bertanya, "Siapa yang berbuat ini? Allah melaknat siapa yang berbuat ini. Rasulullah saw. telah melaknat siapa yang mempergunakan binatang bernyawa untuk dijadikan sasaran." (HR Bukhari, Muslim)

Allah Swt. dan Nabi saw. juga melarang manusia merusak hutan dan tanaman-tanaman. Bahkan dalam peperangan sekalipun pantang bagi umat Islam merusaknya. Nabi saw. mengatakan bahwa kalau ada orang fasik yang mati maka sesama manusia, alam, tumbuh-tumbuhan dan hewan merasa tenang. Ketenangan mereka karena tidak ada lagi yang merusaknya, baik karena merusak alam ataupun karena kemaksiatan pelakunya. Rasulullah saw. bersabda: "Apabila seorang meninggal dunia, maka dia telah tenang (istirahat) dari kesusahan dunia. Dan bisa seorang jahat mati maka dia menyenangkan seluruh manusia, seluruh negeri dan binatang dari kejahatannya." (HR Muslim)

Selain itu, kita juga dianjurkan untuk menanam pohon dengan ganjaran pahala sedekah dari Allah Swt. Sabda Nabi saw.:“Barangsiapa di antara orang Islam yang menanam tanaman maka hasil tanamannya yang dimakan akan menjadi sedekahnya, dan hasil tanaman yang dicuri akan menjadi sedekah. Dan barangsiapa yang merusak tanamannya, maka akan menjadi sedekahnya sampai hari Kiamat.” (HR Muslim)

Tuh, hebat banget, menanam pohon dapet pahala, meskipun tanamannya itu kemudian dicuri oleh orang lain atau ada yang merusaknya. Tetep aja, ada pahala bagi yang menanam tanaman tersebut.

Ulah Barat juga
Sobat muda, ada yang ganjil neh dalam KTT Bumi kemarin. Keliatan banget negara-negara maju paling getol menekan negara-negara berkembang. Amerika Serikat misalnya, ini negara berkoar-koar terus soal pentingnya pencegahan global warming, tapi mereka sendiri nggak pernah mau ikut terlibat dalam setiap perjanjian. Mereka ogah menandatangani Protokol Kyoto di tahun 1997. Pada KTT Bumi di Bali kemarin, mereka juga hanya berjanji en berjanji tapi nggak keliatan mau serius terlibat menangani efek pemanasan global. Padahal, negara Paman Sam itu adalah negara dengan penduduk terboros menggunakan BBM, sekitar 6 kali lipat penduduk di negara manapun. Belum lagi pemakaian pendingin ruangan dan parfum yang melepaskan gas berbahaya pada lingkungan. Dampaknya jelas, AS menjadi penyumbang terbesar efek pemanasan global. Eh, lucunya, mereka menolak kesepakatan pengurangan emisi gas buang sebesar 25-40%. Wah itu sih namanya bermuka dua. Pengen enaknya, tapi nggak mau ngaca pada diri sendiri. Tapi begitulah Amerika emang sok jagoan, suka menekan negara lain, tapi mereka sendiri nggak mau disalahkan.

Kita jadi curiga, jangan-jangan KTT Bumi dan Protokol Kyoto hanya alat untuk terus menekan kaum muslimin. Orang-orang Barat seenaknya merusak alam, terus kita yang disuruh menanggung solusinya. Soal hutan, soal hewan langka, soal air, soal emisi gas buang, kita melulu yang disalahkan. Padahal kerusakan lingkungan itu akibat dieksploitasi oleh para kapitalis/pengusaha yang bekerja sama dengan para penguasa yang bejat. Dan banyak pengusaha-pengusaha itu sebenarnya berasal dari negara-negara maju.

Makanya, penyelesaian kerusakan lingkungan nggak cukup hanya dengan perjanjian-perjanjian internasional. Tapi kudu ada kekuatan dari kaum muslimin. Hanya dengan Islam dan syariatnya, berbagai macam masalah kehidupan bisa diselesaikan, termasuk soal lingkungan. Caranya umat Islam kudu dibuat melek dulu tentang agamanya, biar sadar kalo agama Islam itu menawarkan gaya hidup yang sehat dan indah. Terus tegakkan deh syariat Islam di muka bumi, barulah umat manusia merasakan rahmatnya.

So, jangan sampe kita sendiri yang nggak kenal Islam atau malah memusuhi Islam, jangan pula ajaran Islam cuma dipahami sebagai ibadah ritual melulu. Beuuh.. sampe ada kodok berbulu pun masalah tak akan pernah usai. Percaya deh, ama Allah dan RasulNya. Yuk, jadikan Islam sebagai jalan hidup kita, untuk keselamatan di dunia dan di akhirat.Gimana? Yes! [iwan januar]

AIDS, Kondom, dan Demokrasi

gaulislam edisi 008/tahun I (17 Desember 2007)


Bila pada edisi sebelumnya fokus obrolan kita pada seputar upaya untuk menguak ‘kebaikan hati’ para aktivis yang membagikan kondom gratis, maka kali ini kita akan membahas lebih dalam tentang sebab-musababnya. Solusi islami tentu saja otomatis ada dalam setiap pembahasan.

Pohon berdiri ditopang akar
Coba deh kamu perhatikan sebuah pohon yang terlihat kuat. Apa sih yang membuat tuh pohon mampu berdiri kuat menjulang secara gagah? Batang-batangnya sangat kokoh dan mengeluarkan daun, bunga bahkan buah yang indah dan lezat. Ternyata, ada sesuatu yang sangat penting di bawah sana meski kadang dilupakan orang: Akar. Kekuatan akar menjadi kunci bagi kuat tidaknya posisi sebuah pohon untuk tegar berdiri.

Manusia pun tak jauh beda. Di balik sikap keukeuh seseorang untuk bertahan pada suatu pendapat dan sikap tertentu, itu juga karena ada akidah dalam dirinya. Ibarat akar pada pohon yang tersimpan jauh di dalam tanah, akidah pada diri manusia ini juga tidak terlihat secara kasat mata.

Akidah adalah keyakinan yang mendalam, mendasar dan menyeluruh tentang manusia, alam sekitar dan kehidupan baik sebelum ataupun setelah mati. Hal inilah yang akan mewarnai dan mempengaruhi pola pikir dan tingkah laku seseorang dalam kehidupan sehari-hari.


Ketika seseorang menganggap bahwa melakukan hubungan seks di luar nikah alias berzina adalah hal yang sah-sah aja karena itu adalah hak asasi tiap manusia yang harus dilindungi, maka tidak bisa tidak orang seperti ini pastilah berakidah sekuler alias memisahkan agama dari kehidupan. Agama dipandang sebagai urusan individu yang cuma mengurusi hubungan manusia dengan tuhan. Selebihnya, serahkan saja pada otak dan hukum buatan akal manusia. Tidak ada seorang pun, tidak juga masyarakat dan negara yang berhak melarang perzinaan apabila dilakukan suka sama suka. Toh, nggak ada pihak yang dirugikan, itu yang selalu menjadi dalih orang-orang model begini. Sudah bisa dipastikan bahwa mereka ini adalah orang-orang yang tidak meyakini (minimal kurang yakin) adanya surga dan neraka setelah kehidupan berakhir.

Bila pun mereka yakin surga dan neraka ada, mereka akan berpikir: “Toh bukan aku pelakunya. Kalau nggak mau diganggu urusan kita, maka jangan mau mengganggu urusan orang lain. Toh, kebebasan berperilaku dilindungi oleh undang-undang.” Yang menjadi fokus mereka hanya berusaha mencegah efek negatif dari kebebasan berperilaku ini. Kondomisasi dianggap sebagai solusi. Mereka lupa (atau pura-pura lupa?) bahwa pembagian kondom gratis hanyalah menyelesaikan masalah dengan menciptakan masalah baru. Kayak orang mademin kebakaran tapi bikin kebakaran baru. Kondom gratis ke sekolah-sekolah (bahkan ada yang ke SD, lho—lihat Republika, 9 Desember 2007) menjadi bom waktu untuk rusaknya moral generasi muda suatu bangsa.

Demokrasi, si biang kerok
Kebebasan berperilaku menjadi daya tarik tersendiri atas slogan HAM yang dengungnya sangat laris manis bak kacang goreng. Siapa sih yang nggak pengen untuk bisa bebas berperilaku tanpa ada yang melarang? Mau begini, mau begitu, suka-suka gue selama nggak merugikan orang lain. Otomatis induk dari kebebasan berperilaku ini akhirnya juga laris manis mengikuti turunannya.
Apakah induk kebebasan berperilaku ini? Tak lain dan tak bukan adalah konsep Demokrasi.

Selalu ada awal bagi sebuah perjalanan. Selain sekularisme yang mendasari maraknya seks bebas, demokrasi turut andil untuk meramaikan panggung kerusakan dunia. Sistem kuno warisan jaman Yunani kuno ini adalah biang kerok dari semua masalah-masalah di dunia termasuk kebebasan berperilaku ini.


Oya, yang perlu diwaspadai, demokrasi ibarat bunglon yang pandai mengubah bentuk sehingga membuat siapa saja yang memandang bakal terkecoh. Tidak sedikit kaum muslimin yang dengan suka cita menyambut ide ini hanya karena ada salah satu bagian dalam demokrasi mirip dengan Islam, misalnya musyawarah. Padahal faktanya demokrasi jauh lebih menyukai pengambilan pendapat dengan poling atas suara terbanyak daripada musyawarah itu sendiri.

Demokrasi yang mempunyai slogan suara rakyat adalah suara Tuhan meyakini bahwa suara mayoritas adalah pemenang. Jadi kalo ada 10 wakil rakyat terdiri dari 9 perampok dan cuma satu saja orang baik, maka keputusan yang dihasilkan pastilah kesepakatan para perampok. Inilah yang disebut suara mayoritas, tanpa peduli salah atau benar. Dengan demokrasi yang halal bisa menjadi haram, dan yang haram bisa pula menjadi halal.


Boys and gals, dalam demokrasi berzina bisa menjadi halal ketika mayoritas rakyat atau wakilnya mengatakan demikian. Maka, lokalisasi pelacuran bisa menjadi aset negara untuk ngumpulin pajak. Jilbab yang jelas-jelas wajib bagi perempuan menjadi haram ketika undang-undang mengatakan demikian. Masih ingat kan dengan kasus diusirnya banyak muslimah di sekolah negeri tahun 90-an hanya karena tidak mau melepas kerudungnya dalam kelas?

Sungguh naif banget kalo ada orang yang menyamakan demokrasi dengan musyawarah apalagi dengan Islam hanya karena sangat sedikit kemiripan di antaranya. Kalo kamu suka pisang dan monyet pun juga suka, apakah itu artinya kamu sama dengan monyet? Tentu nggak dong.
Kecuali kalo kamu emang ngefans sama Charles Darwin yang mengatakan bahwa nenek moyang manusia adalah monyet. Hiii... naudzhubillah banget. Bagi yang meyakini teori Darwin ini, sedikit bisa dimaklumi kalo kelakuannya juga nggak beda-beda jauh dengan monyet yang nggak butuh lembaga pernikahan untuk menyalurkan nafsu seksualnya. Ciloko!

Baik dan buruk, menurut siapa?
Kebenaran/kebaikan itu relatif, demikian slogan yang sering disuarakan oleh para pengusung demokrasi. Kalo kebenaran memang relatif, seharusnya tidak perlu ada penegak hukum di dunia bila penganut demokrasi konsisten dengan slogan ini. Bayangkan saja seorang polisi yang menangkap pencuri dengan alasan merugikan orang lain dan mengganggu ketenangan umum.
Bisa saja si pencuri berkilah itu kan kebenaran menurut versi polisi. Sedangkan menurutnya, kebenaran adalah mencari sesuap nasi untuk anak yang menangis di rumah karena tiga hari tidak makan. Maka, tidak seharusnya polisi menghukum si pencuri dong. Lha kalo begini kondisinya, bisa kacau dunia. Sehingga tidak bisa tidak, harus ada standar yang tepat dan pas bagi manusia karena satu sama lain pastilah mempunyai kemauan dan kepentingan yang berbeda-beda.

Standar tepat dan pas ini adalah hukum syara’, yakni aturan Islam. Apa yang baik menurut syara’, pasti baik untuk manusia. Biar kata seluruh dunia mengatakan bahwa berzina itu adalah hak asasi manusia, selama syara’ menyatakan haram, maka haram pula hukumnya hingga hari kiamat kelak. Berkasih sayang dengan lawan jenis akan menjadi halal bila dilakukan setelah akad nikah, bukan sebelumnya.

Intinya, yang membedakan manusia beriman dan bukan adalah standar yang dipakainya dalam beramal. Kalau sekadar mengaku muslim saja semua orang juga bisa. Kan gampang banget tuh mencantumkan status agama sebagai orang Islam di KTP. Tapi tentang lurusnya akidah dan amal? Ini yang kudu dipertanyakan bagi orang yang suka mengaku-aku muslim tapi nggak pake aturan Islam dalam seluruh aktivitas kehidupannya.

Jadi, solusi untuk menekan bertambahnya korban AIDS bukan dengan cara membagikan kondom gratis. Cara efektif untuk menyelesaikan masalah secara tuntas adalah adanya benteng takwa pada individu, masyarakat dan negara. Dengan ketakwaan individu, maka manusia akan mempunyai kontrol diri untuk tidak melakukan zina. Didukung oleh ketakwaan kolektif masyarakat, maka bisa dipastikan rakyat akan menolak adanya lokalisasi dan memberikan sanksi sosial bagi pelaku zina. Dan yang utama dari semua ini adalah penerapan aturan dan sanksi oleh negara. So, negaralah yang berwenang menutup keberadaan lokalisasi zina dan beragam kemaksiatan lainnya. Negara berkewajiban juga memberi hukuman bagi siapa saja yang melanggar aturan ini, gitu lho.

Memang, mewujudkan kondisi ideal ini tidak mudah. Tapi bukankah tidak ada sesuatu di dunia ini yang mudah? Apalagi dengan hadangan paham hedonisme (paham serba boleh), kapitalisme dan demokrasi membuat upaya ini menjadi semakin tidak mudah. Tapi yakinlah bahwa Allah Swt. melihat proses yang kita lalui untuk memperjuangkan syariatNya. Akan jauh lebih nyata niat untuk mengurangi angka penderita AIDS dengan menyadarkan masyarakat akan pemahaman Islam yang benar. Bukan dengan malah membagi kondom gratis dan mengompori remaja untuk mencoba seks dengan kondom gratisan. Saya teringat sharing seorang teman yang membagikan brosur taat kepada syariat dengan solusi penerapan Islam sebagai ideologi negara dalam peringatan hari AIDS sedunia tempo hari. Pada saat yang sama dan hanya berjarak beberapa meter darinya, para aktivis kondom membagikan benda terbuat dari lateks ini secara gratis. Ironis!

Penanggulangan AIDS akan jauh lebih efektif bila saja perilaku save sex mempunyai satu suara dari seluruh komponen masyarakat: yakni, “No Free Sex”. Tidak lagi ada alasan apa pun bahwa melakukan seks atau tidak itu adalah hak pribadi masing-masing. Setiap individu mempunyai kewajiban mengingatkan saudara, teman, dan sahabat untuk tidak melakukan seks sebelum menikah secara sah.

Rasulullah saw. tercinta bersabda: “Perumpamaan keadaan suatu kaum atau masyarakat yang menjaga batasan hukum-hukum Allah (mencegah kemungkaran) adalah ibarat satu rombongan yang naik sebuah kapal. Lalu mereka membagi tempat duduknya masing-masing, ada yang di bagian atas dan sebagian di bagian bawah. Dan bila ada orang yang di bagian bawah akan mengambil air, maka ia harus melewati orang yang duduk di bagian atasnya. Sehingga orang yang di bawah tadi berkata: “Seandainya aku melubangi tempat duduk milikku sendiri (untuk mendapatkan air), tentu aku tidak mengganggu orang lain di atas.” Bila mereka (para penumpang lain) membiarkannya, tentu mereka semua akan binasa.” (HR Bukhari)

Masyarakat kita saat ini justru cuek satu sama lain. Kalo gitu, tinggal nunggu kehancuran karena merasa bahwa kebebasan berperilaku adalah hak asasi manusia. Waduh!

Moga aja paparan ini mampu membuka mata hati dan pikiran kamu untuk mendapatkan pencerahan. Kondomisasi apa pun alasan di baliknya dengan dalih apa pun, adalah suatu upaya pelegalan seks bebas. Sekularisme dan demokrasi adalah biang kerok kerusakan akhlak dan tatanan sistem dalam masyarakat saat ini. Oleh karena itu saatnya dengan tegas kita katakan bahwa syariat Islam adalah solusi. Caranya? Ayo, ngaji! Supaya kamu nggak terjerumus jadi aktivis untuk kegiatan yang salah dan bahkan merusak generasi. Nah, sambil ngaji, barengi deh dengan dakwah untuk sampaikan kebenaran Islam. Setuju? Pasti dong. Sip dah! [ria: riafariana@yahoo.com]

Senin, 25 Februari 2008

Percaya HAM? Nggak Deh!

gaulislam edisi 007/tahun I (10 Desember 2007)


Tahukah kamu tentang HAM (Hak Asasi Manusia)? Pasti tahu deh kalo kamu pernah dan udah belajar mata pelajaran PPKn, misalnya. Yup, kalo kita ngomongin soal HAM, biasanya yang langsung konek dalam pikiran itu adalah ngomongin tentang kebebasan. Diyakini banget kalo kebebasan adalah bagian dari hak hidup kita sebagai manusia. Kita nggak munafik deh kalo kita memang pengen banget bebas. Bisa melakukan apa pun sekehendak kita.

Bro, kalo pikiran kita cuma lurus-lurus aja dan ngikutin semua yang kita inginkan, kayaknya kita bakalan egois deh. Bener banget kalo kita sebagai manusia pengen bebas lepas dari keterikatan dan penghambaan terhadap orang lain. Bener pula kalo kita nggak perlu minta ijin untuk ngelakuin apapun yang kita inginkan. Nggak ada salahnya juga kalo kita punya keinginan beda sama orang lain. Itu wajar. Cuma yang nggak wajar kalo kebebasan yang kita lakuin tuh ternyata melanggar hak kebebasan orang lain. Apalagi jika melanggar aturan Islam.

Nah, itu sebabnya kita pada akhirnya memang butuh aturan untuk mengendalikan kebebasan kita. Nggak bisa bebas sesukanya. Bener kan? Contoh gini deh. Kalo kita mengendarai kendaraan di jalan umum, kita nggak bisa sesuka kita untuk menghentikan kendaraan di sembarang tempat atau kita ugal-ugalan di jalan raya karena bisa membahayakan diri kita dan juga orang lain yang sama-sama menggunakan jalan tersebut.

Kita aja suka marah kan kalo kita lagi enak-enak bawa sepeda motor, tapi tiba-tiba kendaraan di depan kita berhenti mendadak. Kalo nggak refleknya bagus, udah deh, tuh pantat mobil bisa dengan sukses dicium sama sepeda motor kita. Hehe.. biasanya kejadian begini kalo kita jalan di belakang mobil angkot (angkutan kota) yang terkenal sopirnya sering menghentikan kendaraannya secara mendadak begitu ngelihat penumpang. Maka, wajar aja ada anekdot: “Kalo Valentino Rossi memacu sepeda motornya, yang tahu kapan belok, yang tahu kapan nyalip lawannya adalah dia dan Tuhan. Tapi kalo sopir angkot, hanya Tuhan yang tahu kapan tuh sopir berhenti. Sementara sopir angkotnya sendiri nggak tahu pasti kapan harus menghentikan kendaraannya.” Halah!

Sekilas sejarah HAM
Kalo ngebaca buku-buku sejarah sih, sejarah HAM itu biasanya dimulai dari lahirnya Magna Charta pada tahun 1215 di Inggris. Isinya antara lain mengatur pemberian sanksi kepada raja. Maklum, waktu itu raja punya kekuasan absolut (raja yang membuat hukum, tapi ia kebal hukum). Jadi, dengan adanya Magna Charta ini, raja bisa diproses secara hukum kalo dia melanggar, gitu lho. Ini dianggap sebagai bentuk kemajuan di Eropa waktu itu.

Berikutnya ada pengembangan dari Magna Charta, yakni lahirnya Bill of Rights tahun 1689, juga di negerinya David Beckham, Inggris. Pada masa ini mulai muncul pemikiran bahwa manusia sama di muka hukum (equality before the law). Hal ini kemudian mendorong munculnya negara hukum dan demokrasi. Selanjutnya, Motesquieu dengan Trias Politika-nya yang mengajarkan pemisahan kekuasaan guna mencegah tirani, John Locke di Inggris dan Thomas Jefferson di Amerika dengan hak-hak dasar kebebasan dan persamaan yang dicanangkannya. Perkembangan HAM selanjutnya ditandai dengan munculnya The American Declaration of Independence yang lahir dari paham Roesseau dan Montesquieu. Nah, pada tanggal 10 Desember 1948, PBB kemudian menciptakan The Universal Declaration of Human Rights yang diperingati sampe sekarang sebagai hari HAM sedunia, gitu lho.

Jadi intinya, HAM itu adalah bagian dari sistem demokrasi yang memang sejak awal udah mengkampanyekan kebebasan. Semakin gencar seruan demokratisasi sehingga kehidupan di suatu negara makin demokratis, sejatinya yang terjadi adalah kian bebasnya kehidupan di negara tersebut. Menurut Syaikh Abdul Qadim Zalum, dalam bukunya, ad-Dîmukrathiyyah Nizhâm Kufr, paling nggak ada 4 (empat) kebebasan yang dijamin dalam demokrasi: (1) kebebasan beragama; (2) kebebasan berpendapat; (3) kebebasan berekspresi/berperilaku; (4) kebebasan kepemilikan. Keempatnya adalah hal yang lazim dijamin pelaksanaannya di berbagai negara yang menerapkan demokrasi.

Atas nama HAM
Bro, atas nama HAM banyak manusia melakukan apa saja sesuka hatinya. Karena dalam demokrasi memang dijamin. Jangankan seorang muslim yang ogah-ogahan melaksanakan sholat dengan dalih atas nama HAM, orang mau beragama atau memilih tak beragama pun dijamin dalam demokrasi.

Yup, sistem demokrasi emang memberikan kebebasan beragama dan berkeyakinan yang—apalagi disertai dengan paradigma alias kerangka berpikir bahwa dalam beragama jangan gunakan akal—udah bikin nggak sedikit manusia yang terperosok ke dalam agama yang nggak masuk akal macam agama Kabalah yang dianut Madonna atau agama Scientologi yang dianut sama Tom Cruise. Selain itu, muncul banyak sekte sesat yang, antara lain, menyajikan bunuh diri massal macam sekte The Heavens Gate (Gerbang Surga) yang didirikan oleh Marshall Herff Applewhite dan Bonnie “TI” Lu Trusdale Netteles atau sekte Aum Shinri Kyo yang didirikan pada 1987 oleh Shoko Asahara alias Chizuo Matsumoto di Jepang sebagai solusi dalam mengatasi problema hidup mereka. Termasuk tumbuh suburnya aliran sesat di negeri ini. Waduh, kacau banget kan?

Begitu juga orang akhirnya bebas berpendapat apa saja karena merasa ada jaminan yang dijanjikan demokrasi. Akibatnya, orang bebas berpendapat apapun sesuka pikiran dan hatinya. Misalnya bilang kalo pornografi itu seni. Maka, jika ada gambar manusia telanjang tanpa busana dalam sebuah lukisan tidak termasuk pornografi. Hmm.. gawat banget pemikirannya kan?

Selain kebebasan beragama dan kebebasan berpendapat, demokrasi juga menjamin kebebasan bertingkah laku. Maka, jangan heran kalo pada akhirnya banyak orang mengekspresikan kebebasan bertingkah lakunya meskipun hal tersebut sangat boleh jadi melanggar norma masyarakat dan norma agama. Itu sebabnya, seks bebas tumbuh subur karena dijamin oleh demokrasi sebagai bagian dari kebebasan bertingkah laku. Nggak dilarang juga orang mentato tubuhnya dengan alasan mengekspresikan dirinya atas nama HAM. Angeline Jolie terkenal sebagai ratu body art. Bahkan dia berhasil mengalahkan Pamela Anderson pada daftar 25 teratas selebriti yang memiliki tato pada 2001. Jolie mengakui tergila-gila dengan tato, di antara tatonya yang termasuk tribal adalah gambar naga. Dia memiliki lusinan tato di tubuhnya dan berencana terus menambah koleksinya. Waduh!

Nah, terakhir nih, kebebasan yang juga dijamin oleh demokrasi adalah kebebasan kepemilikan. Maka, nggak usah terlalu kaget kalo banyak praktik pemilikan barang dan harta secara tidak sah, korupsi misalnya. Uang negara atau uang kantor diembat aja masuk kantong pribadi. Sangat boleh jadi banyak juga di antara kamu yang nyuri ponsel temanmu demi bisa memiliki alat komunikasi tersebut. Ini namanya pemilikan tidak sah, dong ya.

Islam mengatur HAM
Boys and gals, nggak usah tertipu dengan tawaran HAM yang dipasarkan Barat. Karena sejatinya cuma ngejerumusin manusia ke jalan yang rusak dan sesat. HAM versi demokrasi bukan menyelamatkan manusia, tapi menyengsarakan manusia.

Islam, sebenarnya udah menjaga kehormatan manusia dengan memberikan beberapa jaminan yang sesuai fitrah manusia dan berdasarkan tuntunan dari Allah Swt., pencipta manusia. Beberapa poin yang dijamin oleh Islam dalam kehidupan ini adalah: jelasnya keturunan, perlindungan terhadap akal manusia, kehormatan, nyawa, harta, rasa nyaman beragama, juga tentang rasa aman, dan pembelaan terhadap negara. (Muh. Husain Abdullah, Studi Dasar-dasar Pemikiran Islam, hlm. 81-84)

Lha, kalo sekarang dalam sistem demokrasi, atas nama HAM orang bebas beragama dan berkeyakinan, apa hal itu bisa menyelamatkan manusia? Nggak banget!
Islam memang nggak memaksa manusia untuk memeluk ajaran Islam. Allah Swt. udah ngejelasin dalam firmanNya: “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat.” (QS al-Baqarah [2]: 256)

Ini artinya, Negara Islam, atau kaum Muslimin nggak boleh memaksa orang lain untuk masuk agama Islam. Misalnya ngancem: “Kalo nggak masuk Islam, saya akan masukkin C4 (baca: bom dengan ukuran mini kualitas maxi) ke mulutmu!” Waduh, itu sih teroris banget, Bro. Nggak. Islam nggak ngajarin seperti itu.

Tapi nih, kalo udah masuk Islam ya harus terikat dengan aturan Islam, tuh. Allah Swt. berfirman (yang artinya): “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS al-Baqarah [2]: 208)

Dalam menafsirkan ayat ini, Imam Ibnu Katsir menyatakan: “Allah Swt. telah memerintahkan hamba-hambaNya yang mukmin dan mempercayai RasulNya agar mengadopsi sistem keyakinan Islam (‘akidah) dan syariat Islam, mengerjakan seluruh perintahNya dan meninggalkan seluruh laranganNya selagi mereka mampu.” (Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir I/247)

Diriwayatkan dari Ikrimah bahwa, ayat ini diturunkan pada kasus Tsa’labah, ‘Abdullah bin Salam, dan beberapa orang Yahudi yang baru masuk Islam. Mereka mengajukan permintaan kepada Rasulullah saw. agar diberi ijin merayakan hari Sabat, hari raya umat Yahudi. Tapi, permintaan ini dijawab oleh ayat di atas.

Nah, termasuk dalam kebebasan berpendapat kita nggak bisa bebas sesukanya ngomong atau nulis. Misalnya mengharamkan poligami, bolehnya wanita menjadi imam shalat dengan makmum laki-laki, wanita tidak perlu mengenakan jilbab kalo keluar rumah karena itu budaya Arab, nggak wajib sholat dan puasa dsb. Lha, ini jelas ngada-ngada. Sekarang gini aja, apa boleh lirik lagu Indonesia Raya diganti liriknya dengan lagu Gundhul-Gundhul Pacul? Nggak kan? Apalagi al-Quran. Masa’ kalamullah (ucapan Allah Swt.) mau diganti dengan ucapan kita. Salah, lagi. Bah, macam mana pula ini?

Dalam demokrasi, seks bebas marak, aborsi menjamur, tayangan pornografi berjubel, umbar aurat jadi pemandangan sehari-hari, korupsi jadi tradisi. Semua atas nama kebebasan, atas nama HAM. Musibah besar!

Sementara, Islam mengatur kehidupan manusia dengan benar. Islam nggak ngekang manusia tapi juga nggak membebaskan sebebas-bebasnya sebagaimana dalam sistem demokrasi. Maka, jangan percaya HAM versi demokrasi ye. Percayalah hanya kepada ajaran Islam. Setuju kan? Kudu banget coy! [solihin: sholihin@gmx.net]

Yuk, Perang Melawan AIDS!

gaulislam disi 006/tahun I (3 Desember 2007)


Tanggal 1 Desember selalu diperingati sebagai Hari AIDS sedunia. Mengapa selalu diperingati? Hmm.. ini tak ubahnya dengan ulang tahun kelahiran seseorang atau lembaga, tanggal penetapan itu konon kabarnya untuk ngukur sejauh mana perkembangan dari perjuangan yang selama ini dilakukan untuk melawan dan memerangi AIDS. Tema tiap tahun juga berubah-ubah seperti ingin memotivasi para pejuangnya dalam memerangi AIDS untuk tetap bekerja keras.

Tahun 2007 dan 2008, dua tahun sekaligus, tema Hari AIDS sedunia ini kayaknya lebih keren deh, yakni “Kepemimpinan”. Mengapa tema kepemimpinan yang diusung?
“Sejak awal epidemi AIDS, pengalaman telah jelas memperlihatkan bahwa kemajuan terpenting dalam upaya penanggulangan HIV terjadi ketika ada kepemimpinan yang kuat dan berkomitmen. Para pemimpin dapat dibedakan oleh aksi, inovasi, dan visi yang mereka miliki; contoh yang mereka berikan dan bagaimana mereka melibatkan orang lain; selain juga kegigihan mereka dalam menghadapi tantangan dan hambatan.” Pernyataan ini yang tertulis di situs aidsindonesia.or.id.

Cukup banyak slogan yang pernah menjadi tema untuk peringatan hari AIDS sedunia ini, tiap tahun berganti-ganti. Misalnya, Join the Worldwide Effort (Ikuti Usaha Kami Bersama) yang dijadikan tema hari AIDS tahun 1988. Tahun 1993 tema yang diambil, “Time to Act” (Saatnya Beraksi). “Stop AIDS, Keep the Promise” (Hentikan AIDS, Jaga Janjinya) menjadi tema hari AIDS sedunia pada 2005.

Perang setengah hati
Boys and gals, meski upaya perang melawan AIDS udah digelar sejak lebih dari seperempat abad lalu, tepatnya sejak ditemukan pertama kali pada tahun 1981, ketika seorang gay (homoseksual) didiagnosis terkena HIV yang menyebabkan daya tahan tubuhnya merosot secara drastis, namun sampai sekarang hasil yang signifikan untuk menghempas AIDS tak jua datang. Boro-boro hilang, jumlah penderitanya malah kian berkembang biak dengan cepat. Penyakit mematikan ini tetap menjadi ancaman dunia. Entah sampai kapan.

Tapi yang jelas, dilihat dari perkembangan perang dalam upaya melawan AIDS yang dilakukan UNAIDS atau banyak negara dan kalangan pegiat LSM, rasa-rasanya seperti tak akan membuahkan hasil maksimal. Tanya kenapa? Ini bukan soal mendahului takdir atau su’udzan alias berburuk sangka, Bro. Tapi ini soal fakta dan akibat yang bisa kita jangkau dengan pikiran dan perasaan kita secara nyata.

Gimana nggak, upaya pencegahan terhadap penyakit mematikan ini terkesan cuma ngabisin dana doang. Sementara yang dilakukan itu sudah jelas tak akan membuahkan hasil maksimal. Malah terkesan tetap memberi ruang bagi berkembangnya AIDS. Bener, lho!

Bro, selama ini perang melawan AIDS itu dilakukan dengan cara “penyembuhan” dan “peredaman”, bukan pemusnahan. Ibarat kalo dakwah tuh cuma amar ma’ruf doang, sementara nahyi munkar-nya diabaikan. Ya, insya Allah nggak bakalan berhasil maksimal. Ada sih keberhasilan, meski sejatinya hanya tampak di permukaan saja. Sayang banget kan?

Iya, masa’ sih kita masih percaya banget untuk meredam AIDS malah memberikan kondom kepada mereka yang berisiko tinggi tertular AIDS macam pelacur dan aktivis free sex?
Benar-benar bikin heran deh, karena yang dilakukan tuh cuma “pengobatan”, itu pun salah prosedur. Lha iya Bang, gimana nggak disebut salah prosedur wong seharusnya jalur utama penyebaran virus itu dihempaskan, eh malah diobati sembari pelaku yang berisiko dibiarkan tetap bermain di arena berbahaya. AIDS, sejauh ini penularannya berkembang pesat melalui hubungan seksual. Maka, korbannya saat ini bukan hanya mereka yang aktif free sex, tapi juga yang pasif tapi berhubungan dengan pasangannya yang doyan free sex dan terinfeksi HIV. Duh, kasihan banget kan? Bahkan banyak bayi yang begitu lahir darahnya udah terkontaminasi HIV. Naudzubillahi mindzalik.

Ini gara-gara salah prosedur sejak awal. Untuk masalah kebakaran saja misalnya, kita sebenarnya udah tahu yang namanya kebakaran adalah kejadian yang merugikan banyak orang. Untuk pencegahannya selain sistem pengamanan yang bagus dari sumber-sumber yang bisa memicu terjadinya kebakaran, juga dari orangnya yang tentunya berhubungan dengan sumber pemicu kebakaran.

Itu sebabnya, upaya yang dilakukan harus mengarah kepada faktor manusia dan juga sistem pengamanan. Untuk faktor manusia, seharusnya diajarin tuh gimana memperlakukan api dan sumber-sumber api, serta penggunaannya untuk berbagai keperluan yang bermanfaat. Hanya saja, karena faktor keteledoran manusia bisa menjadi pemicu kebakaran, maka sistem pengamanan yang tinggi bisa dibuat dan tentunya ada kebijakan khusus dari pemerintah sebagai penanggung jawab berbagai persoalan kehidupan warga negaranya.

So, jangan berikan korek api kepada orang-orang yang berpotensi membuat kebakaran atau jangan berikan pisau kepada orang yang berpotensi membuat kerusakan. Maka, jika kondom diibaratkan sebagai pisau, di tangan orang yang baik-baik bisa saja digunakan untuk alat kontrasepsi dalam rangka mengatur jarak kehamilan, misalnya. Tapi gimana jadinya kondom di tangan pelacur atau pelaku seks bebas?

Hmm.. udah kebayang kan mau digunakan untuk apa tuh kondom? Apalagi digembar-gemborkan kalo kondom bisa cegah HIV/AIDS. O..oo.. makin tancap gas aja tuh kayaknya untuk menggeber syahwat di tempat salah. Persis kayak dulu waktu mewabahnya penyakit sipilis, tempat pelacuran sepi. Tapi begitu Sir Alexander Fleming menemukan penisilin, dan terbukti bisa nyembuhin penyakit kelamin tersebut, tempat pelacuran kembali semarak. Halah, tuh otak udah di taro di dengkul kali ye? Lagian apa nggak ada kerjaan lain selain mikirin seks melulu? Udah gitu salah pula tempat penyalurannya. Musibah besar deh.

Itu sebabnya, R Smith (1995), setelah bertahun-tahun mengikuti ancaman AIDS dan penggunaan kondom, mengecam mereka yang telah menyebarkan safe sex dengan cara menggunakan kondom sebagai “sama saja mengundang kematian”. Selanjutnya beliau mengetengahkan pendapat agar risiko penularan/penyebaran HIV/AIDS diberantas dengan cara menghindari hubungan seksual di luar nikah. (Republika, 12 Nopember 1995)
Termasuk yang aneh bin ajaib adalah pembagian jarum suntik steril bagi para pengguna narkoba yang udah jelas diakui sebagai pihak yang berisiko kena HIV/AIDS. Bukannya disembuhin total malah dikasih kesempatan untuk menikmati kecanduan. Duh, gimana sih? Serius apa nggak cegah AIDS?

Terus nih, dalam hal penanganan pasien AIDS aja, ternyata berbanding terbalik dengan penanganan terhadap pasien flu burung. Kalo ada orang yang terkena virus H5N1 langsung disediakan tempat khusus yang steril biar virus nggak nyebar ke mana-mana. Padahal, belum terbukti kalo tuh virus bisa menular antarmanusia. Yang udah terbukti, H5N1 hanya menular dari unggas yang terinfeksi virus tersebut ke manusia.

Tapi, apa yang dilakukan untuk melawan AIDS? Meski udah tahu bahwa migrasi virus HIV justru bisa terjadi antarmanusia, tapi kini ada upaya bahwa pasien AIDS disarankan untuk tidak diisolasi di ruang khusus. Boleh dicampur dengan pasien lain. Dengan alasan kemanusiaan, yakni supaya tidak terjadi diskriminasi karena cap ODHA itu umumnya pelaku maksiat meski saat ini nggak mesti, karena banyak istri yang tertular HIV dari suaminya yang pelaku maksiat urusan syahwat. Nah, seharusnya diobati dengan cara dikarantina. Dipisahin dari orang lain atau pasien penyakit lain. Tentu tetap diperlakukan sebagai manusia dan hak-haknya dipenuhi.

Babat penyebab utamanya!
Sobat muda muslim, perang melawan AIDS saat ini cuma ngabisin duit sementara hasilnya nggak maksimal. Mission Impossible jika ngelihat praktik di lapangan saat ini.

Nah, sebenarnya apa penyebab utama berkembangnya penularan dan penyebaran AIDS? Saya pernah satu forum dalam sebuah acara dengan seorang dokter ketika membahas tentang AIDS. Beliau bahkan menjelaskan dengan sangat gamblang bahwa virus HIV sangat efektif menular melalui hubungan seksual. Virus HIV terkumpul dalam jumlah banyak di darah dan juga di cairan sperma dari orang yang udah terinfeksi virus ini. Jadi, kalo pelacuran dan seks bebas tidak dihentikan, sang virus akan mencapai koloni dalam jumlah banyak di tubuh-tubuh manusia. Naudzubillahi mindzalik!

Oya, ada baiknya kamu simak nih pengakuan jujur seorang penderita AIDS, “Sebab narkoba dan seks bebas merupakan cara penularan HIV/AIDS yang paling gampang,” katanya di Pekanbaru, Kamis. Lelaki berusia 31 tahun yang mengaku bernama Boy ini telah tiga tahun menderita HIV/AIDS akibat dari pergaulan bebas dan kecanduan narkoba jenis putau. (republika.co.id, 17 Mei 2007)

Bro, kalo udah tahu penyebab utama, maka seharusnya itu yang kita kejar untuk dibereskan, bukan akibat sekundernya. Betul?

Logika yang gampang gini deh. Kalo genteng rumah kita bocor, terus kalo musim hujan itu pasti nggak bisa nahan guyuran air hujan, maka prosedur cerdas yang harus dilakukan adalah mengganti genteng yang bocor kan? Bukan mengantisipasi dengan nyiapin ember buat mewadahi air hujan di tempat yang bocor. Apalagi kalo kemudian prosedur itu mengakibatkan efek samping lain, dan bikin banjir seisi rumah. Apa nggak repot? Ribet banget tuh. Lagian apa nggak malu diledek sama Gus Dur: “Gitu aja kok repot?”

Nah, biar nggak repot, ganti saja gentengnya. Beres kan? Yup, karena AIDS ini bukan semata masalah kesehatan, tapi juga lebih disebabkan perilaku budaya dan gaya hidup yang diakibatkan oleh sistem sekularisme yang membolehkan manusia untuk menjadi liberal sesuai kehendak hati dan pikirannya dengan mengabaikan norma masyarakat dan termasuk norma agama, maka yang harus diganti dan dikampanyekan adalah penggantian sistem kehidupan. Mumpung tema hari AIDS sedunia 2007 dan 2008 ini adalah “Kepemimpinan”, gitu lho. Terus, diganti dengan apa? Jawaban mantapnya: dengan Islam. Ya, Islam yang diterapkan sebagai ideologi negara.

Seks bebas dan peredaran narkoba yang menjadi tempat penyebaran AIDS paling gampang justru tumbuh subur karena dibiarkan bebas dalam sistem sekularisme-kapitalisme dengan instrumen politiknya bernama demokrasi. Ciee.. nih nulisnya berat gini nih. Hehe..nggak apa-apa, kan tema hari AIDS-nya Kepemimpinan. Setuju kan?

Jadi, yuk kita perangi AIDS dengan memerangi sumbernya, yakni sekularisme-kapitalisme. Ganti dengan Islam. Ayo, bersama kita bisa! [solihin: sholihin@gmx.net]

Teman-temanku Gangster

gaulislam edisi 005/tahun I (26 Nopember 2007)


Gang-gang yang menyeramkan ala Yakuza en mafia Italia, ternyata nggak hanya eksis di film, tapi ada deket-deket sini. Ya, jantung orangtua dan para guru sempet dibikin dag-dig-dug-der dengan temuan media massa dan kepolisian ada gang-gang yang berkeliaran di lingkungan remaja. Sesuai namanya, gang, mereka banyak terlibat kegiatan negatif; pemalakan, pemukulan bahkan perampasan.

Akibat perbuatan gang ini, korban pun berjatuhan. Sebut aja teman kamu yang bernama M Fadhil sampe mengalami patah lengannya karena dianiaya gang sekolahnya, SMA 34 Jakarta. Fadhil bercerita bahwa selain disiksa ia juga sering diminta untuk ngebantu pemalakan di sekolahnya. Sampai kemudian ortunya curiga setelah ia mengalami patah tulang dan ngebolos sekolah (detik.com, 11 Nopember 2007)

Bikin resah
Apa yang diterima Fadhil ternyata bukan barang baru di sekolahnya. Meski sekolah unggulan, ternyata nggak gampang menghentikan kekerasan yang terorganisir. Banyak siswa yang udah terlibat dalam lingkaran gang yang kemudian diketahui bernama Gazper itu. Banyak para guru dan orangtua yang nggak berdaya. Seorang guru SMA 34 bercerita bahwa sekolahnya pernah mengeluarkan seorang siswa karena terlibat tawuran, tapi murid-murid yang lain menggalang solidaritas; berdemo dan mencaci-maki guru.

Maka, begitu orangtua Fadhil melaporkan anggota gang ini ke pihak kepolisian, banyak guru yang mengirim SMS ucapan terima kasih. Pasalnya mereka nyaris nggak berdaya menghadapi perilaku siswa anggota gang.

Bro en sis, bisa jadi nggak ada di satu sekolah, tapi juga eksis di berbagai sekolah. Kalau di SMA 34 Jakarta ada Gazper, di SMA 112 Jakarta ada juga gang Black & White. Sama dengan Gazper, kelompok ini bikin rese. Sebut aja Ibu Yani (50) yang kedua anaknya jadi anggota gang ini mengeluh karena ngerasa udah nggak mampu berbuat apa-apa lagi menghadapi kelakuan dua anaknya. Malah pernah ia dibentak dan ditunjuk-tunjuk anaknya, “Mama jangan ikut campur, cerewet aja kayak anjing kesurupan!” Astaghfirullah!

Kegiatan gang di berbagai sekolah selama ini emang identik dengan kegiatan negatif; tawuran, pemalakan, kekerasan antarsiswa (bullying), sampai peredaran narkoba. Pelakunya nggak hanya cowok, yang cewek juga ada yang terlibat. Di SMA 34 misalnya sejumlah siswi kelas XII anggota pemandu sorak (cheerleaders) menculik dan meneror siswi kelas X hanya gara-gara berebut cowok.

Aksi gang ini nggak cuma kerjaan anak SMA, sejumlah gang juga dibuat anak-anak SMP. Seperti kagak mau kalah ama kakak-kakaknya di SMA, mereka juga kerap bikin kerusuhan, tawuran, kebut-kebutan dan pemalakan.

Disadari atau nggak oleh para anggota gang ini, aksi-aksi mereka berlanjut ke tingkat kejahatan yang lebih tinggi. Awalnya mungkin kriminalitas kelas teri seperti malak atau ngancem, tapi suatu ketika bisa saja berubah jadi perampasan atau perampokan. Pada tahap berikutnya, bisa jadi gang-gang seperti itu menjadi mata rantai peredaran narkoba atau kejahatan terorganisir.

Solidaritas dan kebanggaan
Kenapa bermunculan gang-gang seperti itu? Jawabannya ada dua alasan. Pertama soal jati diri. Remaja kan makhluk yang lagi haus pengakuan dan mencari jati diri. Dengan menjadi anggota gang mereka diakui sama orang lain–minimal ama gangnya–dan punya jati diri. Pake jaket kelompok atau atribut-atribut lain termasuk tato.

Udah gitu, kalo bisa melakukan tindakan kriminal bukannya malu justru bangga. Ada seorang anggota gang yang ngaku bahwa kalo mereka ketangkep terus masuk penjara, justru nambah pede mereka untuk melakukan tindakan berikutnya. Hmm... dasar muka tembok kulit badak body batu!

Alasan lain adalah soal solidaritas. Manusia kan makhluk sosial, nah karena para pelajar juga manusia mereka pun seneng kumpul-kumpul. Supaya lebih solid maka dibentuklah sebuah ikatan termasuk gang itu adalah ikatan solidaritas para pelajar dan remaja. Seperti diakui oleh para pendiri gang di SMA 34 Jakarta, mereka mendirikan gang itu untuk solidaritas siswa. Bahasa lainnya mengalang kebersamaan. Bahkan kebersamaan itu terus berkelanjutan sampai mereka sudah jadi alumnus sekalipun.

Niatnya sih suer emang bagus, tapi selalu aja kebersamaan yang nggak terkontrol bisa berubah jadi gang kriminal. Entah kenapa banyak gang remaja dan pelajar yang kemudian melakukan aktivitas menyimpang. Melakukan bullying dan pemalakan. Beberapa gang malah selalu melakukan perploncoan dengan kekerasan pada anggota baru. Seperti yang kamu lihat di layar kaca, gang bermotor bahkan ‘mewajibkan’ calon anggotanya saling berkelahi. Beneran berkelahi, lho!

Solidaritas ngawur itu juga mendorong anggota gang menyerang gang lain. Prinsipnya, beda kelompok sikat! Lucunya, mereka juga bisa memanipulasi solidaritas kelompok untuk kepentingan pribadi; nyerang lawan atau ngerampas barang.

Solidaritas yang out of control itu emang berpotensi jadi bibit triad atau mafia. Mereka memplesetkan slogan Presiden SBY; “Bersama Kita Bisa!” So, para pelajar itu nggak takut lagi jadi ‘monster’. Mereka berani malak dan kasar pada orang lain – termasuk guru dan orang tua – karena percaya bakal dilindungi ama kelompoknya. Musibah!

Makanya banyak guru dan kepsek yang kèder ngadepin perilaku gang. Mereka saling melindungi. Kalau diinvestigasi mereka biasanya melakukan GTM (gerakan tutup mulut). Entah karena setia atau takut.

Wajar kalo kemudian anggota gang ini lebih percaya pada gang-nya ketimbang sama orang lain, termasuk orangtua sekalipun. Yang bikin ngeri, mereka juga nggak pandang bulu kalo ingin menyerang orang lain meski itu saudara sendiri.

Tapi kesetiaan pada kelompok/gang nggak semata karena saling percaya, tapi juga karena ada unsur ketakutan. Yup, banyak pelajar yang terpaksa jadi anggota gang atau melakukan keinginan kelompok karena dibawah ancaman. Mereka nggak berani menolak karena ogah dibilang cupu (culun punya) atau banci. Ngelapor? Wah, mana berani. Entar dikatain MT (makan temen) atau paling parah bakal dihabisin ama gangnya. Padahal, ketika mereka jadi anggota gang, posisi mereka jadi serba salah; ikutan terus nanti kebawa kriminal, kalo keluar keselamatan terancam. Maju kena, mundur kena.

Emang ada untungnya?
Pikir deh, bro en sis, ada nggak seh untungnya bikin gang dan jadi member di situ kalo malah nge-rese-in orang lain dan diri sendiri? Ketika mau jadi member kamu udah dikerjain abis. En kalau udah ada di dalam, nggak mudah menolak keinginan gang apalagi minta keluar. Perlu keberanian ekstra, bro!

Belum lagi kalo gang itu udah jelas kerjaannya nyusahin orang lain; malak dan bullying. Kepikir nggak kalo itu adalah perbuatan kriminal. Bayangin gimana rasanya kalo kita yang ngalamin seperti itu? Bayangin juga kalo ortumu tahu, apa nggak bakal malu seumur-umur?

Yang paling penting, neh, apa nggak takut dan malu pada Allah? Hmm, sehebat-hebatnya anggota gang nggak bakal bisa menahan derita di akhirat kelak. Bukankah kita semua bakal mati en balik menghadap Allah Swt.? Bukankah segala perbuatan kita bakal dibales di akhirat sana? Padahal tindakan kekerasan dan pemerasan jelas dibenci Allah Ta’ala. Nabi saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah Ta’ala pasti akan menyiksa pula orang-orang yang melakukan penyiksaan di dunia.” (HR Muslim)

So, jangan mentang-mentang kamu senior atau punya gang lalu meneror orang lain seenaknya, atau malakin orang lain semau kamu. Semua bakal ada balasannya. Bisa jadi ente sekarang sok kuasa dan orang lain takut sama ente, tapi percaya aja Brur, kelakuan ente bakal dibales Allah di hari Kiamat. Rasulullah saw. bersabda: “Sungguh semua hak pasti akan dikembalikan pada yang berhak pada hari Kiamat, hingga kambing yang tidak bertanduk diberi kesempatan membalas pada kambing bertanduk.” (HR Muslim)

Senang berkelompok itu sah aja, tapi kalo udah ngebanggain kelompok apalagi rela mati demi kelompok, itu mah rugi banget. Bukan bagian dari jiwa seorang muslim. Kalo sampe mati ngebelain gang wah nggak bakal masuk ke dalam surga. Rasulullah saw. udah ngingetin dalam sabdanya: “Bukan golongan kami yang menyeru pada ashabiyyah, berperang karena ashabiyyah dan mati karena ashabiyyah.” (HR Abu Daud)

Udah deh Brur, sesama muslim itu bersaudara. Pantang mencelakakan sesama. Lagian, apa pantes sesama muslim gebug-gebugan dan saling menumpahkan darah? Aduh, Israel masih bercokol dan AS masih berlaga kenapa nggak mereka aja yang kita gempur? Bodoh banget kalo sesama muslim malah saling bunuh. Inget pesan Rasulullah saw.: “Jika dua orang muslim bertemu dengan pedangnya masing-masing maka yang membunuh dan yang terbunuh berada di neraka.” Aku (Abu Bakrah ra.) bertanya, “Ya, Rasulullah! Yang pembunuh sudah pasti, tapi bagaimana dengan yang terbunuh?” Rasulullah saw. menjawab, “Sesungguhnya ia telah berniat sungguh-sungguh untuk membunuh temannya.” (HR Bukhari)

Apalagi kalo yang terbunuh orang yang kagak punya salah apa-apa. Hanya karena ia bergaul dengan ‘lawan’ gang-mu. Wah, nggak kebayang dosa-dosa yang kudu ditanggung. Firman Allah Ta’ala: “Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya.” (QS an-Nisa’ [04]: 93)

Keluar, Bro!
Buat kamu-kamu yang udah berada di lingkungan gangster, saatnya beri ‘perlawanan’. Speak out, guyz! Katakan pada kelompokmu bahwa selama ini kalian berada di jalan yang salah. Apalagi kamu-kamu yang muslim nggak pantes ngelakuin perkara yang jahiliyah, pamer kekuatan dan kekasaran.

Bicara juga pada ortumu tentang lingkungan pergaulan yang udah nggak sehat itu. Katakan terus terang juga pada guru-gurumu, dan minta mereka menyelesaikan urusan ini sampai tuntas. Ini keberanian sejati yang kudu dimiliki seorang remaja muslim. Berani bukan karena banyakan, tapi karena benar. Catet yo!

So, ati-ati memilih kawan. Jangan karena takut dibilang nggak gaul, dikatain cupu en banci lantas mengorbankan masa depanmu di tangan para gangster. Lagian, solidaritas yang mereka bilang itu umumnya semu, palsu abiz, coy! Coba aja kalo ada member yang dipenjara mereka rata-rata menjauh. Apalagi nih, kalau seandainya ada member yang nanti masuk neraka dan diazab sama Allah Swt., apa mereka berani nolongin dan ngelawan Allah? Pastinya kagak lha, yauw!

Jadi, nggak ada ruginya kita meninggalkan teman-teman yang perilakunya kayak gangster, gitu. Cari deh teman dan sahabat dalam pertemanan dan persahabatan yang sehat dan bikin kita hepi di dunia wal akhirat. Setuju kan? Harus atuh! [iwan januar]

Save Sex? No Free Sex!

gaulislam edisi 004/tahun I (19 Nopember 2007)


Pernah mendapat pembagian kondom gratis? Syukurlah kalo belum. Kalo pun di antara kamu sudah ada yang pernah didatangi aktivis LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) tertentu dan mereka membagikan kondom gratis, waspadalah! Karena ini adalah kampanye ajakan untuk menjadi penganut paham free sex, meski terselubung.

Awal-awalnya mereka ini menamakan dirinya gerakan peduli AIDS dan memberi kondom gratis untuk menekan angka pengidap virus HIV. Tapi sesungguhnya jika kamu jeli, pasti muncul pertanyaan: “ngapain juga pake kondom untuk menghindari AIDS?” Sedangkan di banyak penelitian dibuktikan bahwa besar virus HIV itu lebih kecil daripada pori-pori yang terdapat pada kondom. Kondom (yang terbuat dari bahan lateks) terdapat pori-pori dengan diameter 1/60 mikron dalam keadaan tidak meregang. Sedangkan bila dalam keadaan meregang lebarnya pori-pori mencapai 10 kali. Sementara virus HIV berdiameter 1/250 mikron. Jadi jelas bahwa virus HIV dapat dengan leluasa lolos melalui pori-pori kondom. Intinya, tak ada jaminan dengan memakai kondom, para pelaku free sex bisa bebas dari penyakit AIDS.

Ujung-ujungnya dari kampanye ini adalah ‘ajakan’ untuk sama-sama menikmati free sex tanpa takut terkena penyakit kelamin. Apa coba makna dibagikannya kondom gratis kepada para pelajar kecuali untuk digunakan? Alih-alih menyadarkan remaja untuk menghindari free sex, pembagian kondom gratis ini malah semakin memicu daya ingin tahu remaja tentang seks itu sendiri. Apalagi dikomporin dengan kondom di depan mata. Remaja lemah iman sudah pasti tergiur ingin mencobanya. Naudzubillah.

So, untuk jaga-jaga buat kamu semua, mending juga baca topik gaulislam edisi ini supaya tambah cerdas dalam mengkritisi kampanye save sex dengan kondom. Lanjuuttt!

No free lunch
Maksudnya tidak ada barang gratis di dunia kapitalis sekarang ini. Begitu juga dengan pembagian kondom yang katanya gratis untuk mendapatkan seks yang aman. Pembagian ini pada permukaannya memang terlihat gratis karena dibagikan secara cuma-cuma tanpa membayar serupiah pun. Namun pada kenyataannya, bila kita jeli menyikapi situasi, kondom ini sesungguhnya tidak gratis sama sekali.

Pelajar SMA dan para mahasiswa yang notabene masih sangat muda dan polos, bisa terpancing rasa ingin tahunya dengan pembagian kondom ini. Bukan mustahil mereka akan coba-coba menggunakannya dengan melakukan sex before married alias berzina. Bisa dengan (maaf) pelacur yang saat ini banting harga karena banyak pesaing, atau bahkan dengan pacarnya sendiri.

Percobaan pertama memakai kondom gratisan. Namun bila ketagihan, maka mau tidak mau mereka akan membeli kondom baru sebagai gantinya. Modus ini mirip sekali dengan pemakaian narkoba yang memberi pancingan gratis di awal pemakaian. Dan bila sudah ketagihan, maka si pengedar menangguk untung dari si pecandu itu. Nggak bisa nggak, produsen kondomlah yang diuntungkan dari kampanye save sex dengan kondom. Sangat khas ciri masyarakat kapitalis.
Itu di satu pihak. Di pihak lain, ada sesuatu yang tersembunyi yang jauh lebih berbahaya daripada sekadar memberi keuntungan kepada produsen kondom.

Yup, perusakan generasi, inilah tujuan sebenarnya dari kampanye free sex dengan kondom. Entah para aktivis kampanye itu yang memang tidak tahu atau pura-pura tidak tahu bahwa pemakaian kondom sangatlah tidak efektif untuk mencegah penyakit AIDS. So, masih selalu terbuka peluang bagi siapa pun yang melakukan free sex, meski sudah memakai kondom, untuk terjangkit penyakit yang hingga saat ini belum ada penangkalnya itu.

Sobat muda, save sex dengan kondom hanya sebuah tameng untuk ajakan free sex alias berzina yang mendapat legalitas atau ijin resmi. Dengan memakai kondom, seolah ingin dikatakan “Jangan takut melakukan free sex. Nggak perlu nikah dulu untuk bisa melakukan seks. Nggak perlu takut kena penyakit kelamin atau AIDS. Kan sudah pake kondom.”

Yang cowok jadi merasa tenang dan damai melakukan seks bebas karena selain slogan save sex tadi, mereka juga tidak takut pacarnya akan hamil di luar nikah. Sedangkan bagi yang cewek juga sama saja. Kondom menjadi alat pembenar untuk melakukan seks dengan pacar karena risiko hamil jadi kecil. Yang terjadi adalah rusaknya generasi baik-baik menjadi sekumpulan generasi hobi berzina di masyakarat yang memang sudah sakit ini. Naudzubillah.

Save sex with NO free sex
Bagi kamu yang masih usia belasan tahun saat ini dan duduk di bangku SMP atau SMA, save sex yang baik dan benar adalah dengan NO Free Sex. Belajar aja yang rajin dan ngaji Islam dengan benar supaya kamu tahu bahayanya melakukan free sex. Jangan pernah tergiur nikmat sesaat tapi terlaknat sepanjang hayat. Rugi di dunia karena kamu sudah merusak harga diri dan kesucianmu, merana di akhirat karena berzina termasuk salah satu dari dosa besar yang ending-nya berakhir di neraka yang panas mendidih. Hiiii

Bagi kamu yang sudah mahasiswa atau agak gedean dikit, boleh tuh save sex dengan pasangan sah alias kudu married dulu. Selain nggak dosa, save sex after married malah berpahala. Dan bila kamu masih belum bisa melakoni save sex after married, maka solusinya adalah berpuasa dulu dong. Bisa kan?

Selain peran serta kamu untuk bersikap Save sex with NO free sex, harusnya masih ada dua pihak lain yang kudu terlibat dalam hal ini. Masyarakat sekitar nggak boleh cuek bebek dengan merebaknya kasus free sex. Mereka harus mempunyai kontrol untuk ber-amar ma’ruf nahi munkar ketika ada perilaku yang menyimpang di tengah-tengah masyarakat. Nggak boleh lagi ada anggapan ‘yang penting bukan gue pelakunya’.

Pihak terakhir yang juga kudu turut andil adalah negara. Ketika individu dan masyarakat sudah beritikad baik dengan menolak free sex, negara harus punya suara sama dalam hal ini. Sangat nggak ideal kalo ternyata negara malah menyetujui dan melegalkan seks bebas dengan banyak bermunculannya lokalisasi pelacuran. Bahkan nama lokalisasinya tenar hingga ke manca negara sebagai salah satu daya tarik wisata. Walah, kacau kan?

Aneh sekali ketika sebagian pihak begitu peduli dan prihatin dengan masa depan pemuda dan remaja, namun di pihak lain sebagian orang malah ingin menghancurkannya. Sebagian pihak ini adalah manusia-manusia yang ingin menyelamatkan moral dan keimanan remaja dengan mengingatkan bahayanya free sex, sedangkan di pihak lain ada sekelompok orang yang sok menjadi manusia dengan melegalkan perzinaan. Ironis!

Tak heran akhirnya bila remaja negeri ini menjadi terombang-ambing di tengah dua kubu ini, antara penolak free sex versus penggiatnya. Parahnya, ternyata banyak remaja yang ambil bagian menjadi pelaku utama dalam kasus ini. Duh, menyedihkan banget deh!

Konspirasi 3 S
3 S = Sport, Song dan Sex. Tiga S inilah yang jadi ujung tombak musuh-musuh Islam untuk merusak generasi muda. Slogan “3 S” sudah terbukti berhasil melenakan pemuda-pemudi muslim.

Gelora jiwa muda yang masih fresh dan meledak-ledak menjadi sasaran empuk untuk perusakan melalui jalur free sex ini. Media cetak (majalah-majalah yang mengumbar aurat) dan elektronik (sinetron-sinetron yang melulu tentang pacaran) menjadi corong pembangkit nafsu seks remaja untuk muncul. Remaja jadi lebih memperturutkan hawa nafsunya daripada mengejar prestasi setinggi-tingginya.

Musuh-musuh Islam tahu banget bahwa umat Islam tidak bisa hanya diperangi dan dimusuhi secara fisik saja. Ada yang jauh lebih efektif dari itu semua yaitu merusak kepribadian generasi muda muslim. Para pembenci Islam ini nggak berani mengusik umat Islam Indonesia yang jumlahnya terbesar sedunia secara langsung. Karena bila ini yang terjadi yaitu perang secara terbuka, bisa dipastikan semangat jihad kaum muslimin akan muncul. Oleh karena itu harus ada cara lain untuk merusak Islam tanpa disadari oleh umat Islam sendiri. Yup, merusak moral generasi mudanya adalah kunci jawaban itu.

So, cepat sadar wahai pemuda-pemudi muslim! Jangan mau kamu jadi sasaran empuk pengrusakan moral generasi muslim melalui free sex. Yakin deh, hidup ini terlalu indah untuk dihabiskan dengan hanya melulu mikirin urusan seks. Nggak banget gitu loh!

Sex after married aja deh!
Islam nggak menghapuskan naluri seks (bahasa kerennya sih gharizah an-nau’) dari dalam diri manusia. Yang ada hanyalah Islam itu mengatur naluri seks di jalan yang baik dan benar, yaitu setelah pernikahan. Untuk sementara ini, karena kamu masih berstatus pelajar, maka belajar aja yang rajin demi kejayaan Islam. Yakin aja, jodohmu nggak akan lari kemana meski saat ini kamu nggak pacaran apalagi sampe obral seks.

Perbaiki kualitas dirimu, baik akhlak, iman dan kecerdasanmu. Karena sebagai pemuda muslim, kamu kudu cerdas dan beriman. Kalo semua ini sudah oke, dijamin deh, insya Allah bila saatnya tiba, kamu bisa menikmati save sex yang barokah dan berpahala.

Agar kamu nggak tergoda, jangan dekat-dekat dengan semua hal yang akan membuatmu piktor (pikiran kotor). Jauhi gambar-gambar atau tontonan porno dan jorok. Batasi pergaulan dengan teman-teman yang memberi pengaruh jelek pada dirimu. Sebaliknya, makin dekati teman-temanmu yang sholih bagi cowok dan sholihah bagi cewek agar ada yang selalu mengingatkan bila kamu lalai. Persibuk dirimu dengan aktivitas positif semacam ikut karya ilmiah remaja atau hal-hal bermanfaat lainnya. Dan yang utama, tingkatkan kedekatanmu dengan Allah Swt. Bila kamu dekat denganNya, maka tak akan ada celah bagi kamu untuk bermaksiat padaNya. Bukankah Dia Mahamelihat perbuatan hambaNya? Bukankah Dia pasti mencatat seluruh perbuatan hamba-hambaNya?

Kalo kamu semua udah pada nyadar bahwa save sex hanya dengan NO free sex, dijamin musuh Islam akan gigit jari melihat upaya merusak generasi muslim nggak berhasil. Apalagi bila kamu sudahlah menjadi aktivis NO free sex, ditambah lagi dengan aktivitas yang menyadarkan teman-temanmu agar mereka semua pada setuju bersikap NO free sex. Pasti kamu bakal jadi pemuda muslim yang TOP banget. Jadi, mulai saat ini sebarkan kesadaran baru ini kepada semua orang bahwa untuk menolak ide kondomisasi adalah dengan SAVE SEX with NO Free SEX! Good luck [ria: riafariana@yahoo.com]

Awas, Ada Nabi Palsu!

gaulislam edisi 003/tahun I (12 Nopember 2007)


Ketipu punya uang palsu? Atau tas bermerk tapi palsu? Atau jam tangan palsu? Pastinya nyesek banget dada kita kalo punya barang yang ternyata ketauan palsu. Udah mahal, eh taunya kagak orisinil. Apalagi kalo udah sempet kita bangga-banggain ama temen-temen, aduh mokal berat. Rasanya pengen deh ditelen bumi.

Tapi nggak ada yang lebih bikin ati kesel kalo ternyata ada nabi palsu. Yoi, jaman canggih kayak begini bukan cuma duit atau barang-barang branded yang bisa dipalsuin, tapi nabi juga bisa dibikin tiruannya. Contohnya adalah apa yang diyakini ama orang-orang di aliran al-Qiyadah al-Islamiyah. Mereka ngakunya udah punya nabi lagi setelah Muhammad saw. Malah mereka udah bersyahadat ulang dengan mengganti lafadz “wa asyhadu anna Muhammad ar rasulullah” menjadi “wa asyhadu anna al masih al maw’ud ar rasulullah”. Astaghfirullah al adzim wa na’udzubillahi min dzalik! Jadi aja jamaah al-Qiyadah al-Islamiyah ini diuber-uber kaum muslimin yang keki. Markasnya disatroni umat, dan ajarannya dihujat sebagai sesat. Iyalah, emang jelas-jelas sesat!

Balada nabi palsu
Adalah seorang lelaki paruh baya bernama Ahmad Mushaddeq yang mengaku mendapat wahyu setelah bertapa di padepokannya di sebuah kawasan di Bogor. Setelah itu ia memproklamirkan diri sebagai nabi berikutnya setelah Rasulullah saw. dengan sebutan al masih al maw’ud. Ternyata, nggak sedikit orang yang percaya pada omongan mantan pelatih bulutangkis nasional ini. Dari pemberitaan sedikitnya 50 ribu orang pengikutnya tersebar di sejumlah kota di tanah air. Kebanyakan anak-anak muda, pelajar dan mahasiswa.

Beruntung, tak lama kemudian sejumlah ormas Islam termasuk MUI bergerak. Pemimpinnya dilaporkan ke kepolisian, pengikutnya ajak bertobat, dan ajarannya dinyatakan sesat. Terakhir sang nabi palsu ini pun menyerahkan diri ke pihak yang berwajib.

Sebetulnya bermunculannya orang-orang yang mengaku sebagai nabi palsu sudah ada sejak dahulu kala. Di jaman Nabi saw. masih hidup saja sudah ada orang yang berani mengaku-ngaku sebagai nabi. Yakni Aswad al-’Ansiy dan Musailamah al-Kadzdzab.


Aswad al-’Ansiy sebenarnya adalah Abhalah bin Ka’ab al-’Ansiy. Dia adalah kepala Bani Madzhij di daerah Yaman. Dia seorang tukang tenung (santet), tukang sihir, dan seorang yang kaya raya di Shan’a. Dia sangat berpengaruh di kalangan kaumnya dan banyak yang terpikat kepadanya karena kelebihannya. Banyak orang yang kagum kepadanya karena menyaksikan sihirnya yang menakjubkan. Pada akhir tahun ke-10 Hijriyah, Aswad telah memproklamirkan diri sebagai nabi yang ditunjuk oleh Allah. Menurut pengakuannya dia didampingi oleh dua malaikat yang memberitahukan kepadanya apa saja yang telah dan akan terjadi. Kedua malaikat itu bernama Suhaiq dan Syuqaiq. Sebenarnyalah kedua makhluk yang mendampingi Aswad adalah setan yang biasa mendampingi tukang sihir dan tukang tenung.

Kejahatan Aswad al-’Ansiy akhirnya dapat dihancurkan oleh kaum muslimin. Ia sendiri mati di tangan Fairuz ad-Daylamiy dengan cara dipenggal lehernya dalam keadaan mabuk.
Sedangkan Musailamah adalah Harun bin Habib al-Hanafiy. Dia adalah kepala suku Yamamah. Pada tahun ke-10 Hijriyah, dia bersama rombongannya sebagai utusan dari Bani Hanifah datang menghadap Nabi saw. di Madinah dan memeluk Islam. Namun sekembalinya dari Madinah dia berbalik menjadi kafir, murtad. Dia mendakwakan diri sebagai nabi.


Ternyata, selain punya motif keagamaan, Musailamah juga ingin kekuasaan. Lewat dua orang utusannya ia mengirim surat kepada Nabi saw. Isi suratnya sebagai berikut, “Dari Musailamah utusan Allah kepada Muhammad utusan Allah. Kesejahteraan semoga dilimpahkan atasmu. Aku telah bersekutu dalam urusan kenabian ini denganmu dan bagi kami separuh tanah dan bagi Quraisy separuh tanah, tetapi kaum Quraisy adalah kaum yang melampaui batas.”

Kejahatan Musailamah baru terhenti di masa kekhilafahan Abu Bakar ash-Shiddiq. Untuk mengatasi kekuatan pasukan Musailamah, Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq mengirim pasukan di bawah pimpinan Khalid bin Walid ra. melalui peperangan yang dahsyat akhirnya kekuatan Musailamah dapat dimusnahkan. Ia sendiri mati ditombak oleh Wahsyi hingga tembus ke tubuh bagian belakangnya.


Tapi ternyata kemunculan nabi-nabi palsu tidak berhenti sampai di situ. Salah satu nabi palsu yang paling ‘ngetop’ adalah Mirza Ghulam Ahmad. Dengan bantuan pemerintah kolonial Inggris, Mirza Ghulam Ahmad mendirikan ajaran Ahmadiyah Qadiyani. Dia sendiri menyatakan sebagai nabi setelah Rasulullah saw. Dia pun memperkenalkan kitab suci selain al-Quran, yakni kitab Tadzkirah. Karena dibantu oleh negara imperialis Inggris maka Ahmadiyah sampai sekarang masih bertahan. Bahkan pusat pergerakan agama itu berada di London.

Bahaya, Lho!
Munculnya nabi-nabi palsu itu jelas nggak diakui oleh agama Islam. Sejak kedatangan Rasulullah saw., umat manusia diingatkan bahwa nggak bakal ada lagi utusan Allah sepeninggal Beliau. Dalam al-Quran, Allah Swt. berfirman (yang artinya): “Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS al-Ahzab [33]: 40)

Selain itu, Nabi Muhammad saw. juga sudah berwasiat lho kepada kita semua bahwa emang nggak ada lagi nabi sepeninggal beliau. Sabdanya: “Dulu Bani Israil yang mengurus mereka adalah para nabi, jika salah seorang nabi wafat maka nabi yang lain menggantikannya. Tetapi sesungguhnya tak ada nabi setelahku, dan akan ada para khalifah dan jumlah mereka banyak.” Para sahabat bertanya, “Maka apa yang engkau perintahkah pada kami?” Jawab Rasulullah saw. “Penuhilah bai’at yang pertama dan pertama, dan berilah pada mereka hak mereka, sesungguhnya Allah akan menanyai mereka atas apa yang mereka urus.” (HR Muslim)


Nabi saw. juga pernah berkata kepada Ali bin Abi Thalib karamallahu wajhah, “Wahai Ali tidakkah engkau ridlo kedudukanmu di sisiku seperti Harun as. bagi Musa as.? Akan tetapi bahwasanya tak ada lagi nabi sepeninggalku.” (HR. Bukhari)

So, guys, semoga semuanya jelas bahwa Rasulullah saw. emang nabi terakhir. Nggak ada lagi nabi berikutnya. Pengakuan mereka yang menyatakan diri sebagai nabi lagi bertentangan ama al-Quran dan as-Sunnah. Palsu banget dan nggak kreatif. Pelakunya jelas berdosa besar dan pasti udah keluar dari agama Islam (baca: murtad). Karena keimanan pada Allah juga harus dibarengi dengan iman pada kenabian Muhammad saw. sebagai penutup para nabi dan rasul. Nah, catet baik-baik deh ini. Ok?

Maka pelakunya kudu bertobat sebelum mereka mati. Apalagi kalo kemudian mereka menyebarkan ajarannya pada banyak orang, wah nggak kebayang sebanyak apa dosanya karena mengajarkan kesesatan pada orang lain. Rasulullah saw. bersabda: “…Dan siapa saja yang mencontohkan perbuatan yang buruk kemudian ia berbuat dengannya, maka ia mendapat balasannya dan balasan orang yang mengikutinya tanpa mengurangi balasan mereka sedikitpun,” (HR. Ibnu Majah)


Begitupula para pengikutnya kudu bertobat dan meninggalkan jamaah tersebut. Dan pastinya mereka harus kembali mengucapkan dua kalimat syahadat, dikarenakan mereka udah mengikrarkan sesuatu yang memurtadkan. Kalo mereka bertobat, insya Allah pintu tobat akan dibuka seluas-luasnya oleh Allah.

Kebebasan beragama
Guys, nggak usah heran kenapa hari gini muncul aliran-aliran nyeleneh plus nabi-nabi palsu. Ada dua sebabnya; pertama, banyak orang yang awam terhadap agamanya sendiri (baca: Islam). Tapi, meski awam alias kurang ngerti, mereka berani menakwilkan ajaran Islam termasuk menakwilkan al-Quran. Hasilnya? Ngaco kuadrat! Karenanya, Nabi saw. mengingatkan kita semua tentang bahayanya kebodohan: “Umatku rusak oleh dua golongan manusia; orang alim yang keji dan orang bodoh yang suka beribadah.”

So, kalau kita ngerasa awam—dan emang lebih baik kita ngerasa begitu—seharusnya kita bertanya pada orang yang lebih tahu, pada ustad, pada ulama, banyakin juga baca buku-buku agama. Tujuannya agar kita nggak salah dalam memahami agama. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya): “Janganlah kamu ikuti segala sesuatu yang kamu tidak punya pengetahuan tentangnya, sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati masing-masing ada pertanggungjawabannya.” (QS al-Isra [17]: 36)


Jadi, dengan banyaknya aliran sesat bin aneh, bukannya kita malah takut ngaji, justru kudu banyak ngaji biar semakin paham kebenaran. Tapi, tentu ngajinya yang benar. Ngaji yang benar gimana? Pahami Islam sebagai akidah dan syariat, cari kelompok pengajian yang sesuai dengan kebenaran Islam.

Selain itu, emang bisa jadi lahirnya kelompok-kelompok nyeleneh itu adalah niatan untuk menghancurkan agama Islam. Ini terbukti dari kasus nabi-nabi palsu sebelumnya, termasuk aliran Mirza Ghulam Ahmad. Mereka muncul untuk merusak Islam dan kaum muslimin. Mereka juga bisa jadi adalah orang-orang bayaran kaum kuffar untuk bikin umat Islam semakin kacau.


Tapi guys, bermunculannya ajaran-ajaran itu adalah buah dari demokrasi. Yup, demokrasi itu kan sangat mengagung-agungkan kebebasan, termasuk kebebasan beragama (freedom for religion/hurriyatul aqidah). Menurut paham demokrasi dan hak asasi manusia, setiap orang bebas beragama, menjalankan agama, tidak beragama dan bikin agama sendiri. Halah!

Di negara demokrasi macam Amrik banyak lahir ajaran agama selain Kristen. Sebut aja ada Klu Klux Klan, ada sektenya Charles Manson yang ngetop di tahun 60-an karena melakukan pembunuhan terhadap sejumlah wanita termasuk seorang aktris terkenal, ada juga sekte Temple’s People yang dipimpin pendeta Jim Jones, ada nabi yang bernama David Koresh yang kemudian melakukan baku tembak dengan polisi federal AS (FBI), dan terakhir adalah sekte Gerbang Surga yang melakukan aksi bunuh diri massal di tahun 1997.


Semua agama-agama baru itu ada dengan restu demokrasi dan HAM. Sah aja kok warga negara bikin agama sendiri. Nah, di Indonesia juga dimungkinkan adanya yang seperti itu. Bahkan ketika aliran-aliran sesat itu dihujat, ada segelintir orang yang membela mereka mati-matian. Alasannya, berbeda itu kan hak asasi.

Itu sebabnya nggak usah heran, selama demokrasi dan HAM masih dipuja-puja, maka di masa mendatang akan terus berdatangan nabi-nabi palsu. Malah kedatangan mereka akan dilindungi atas nama hak asasi manusia. Jadi, kalo nabi palsu dihujat karena membawa kesesatan, harusnya demokrasi dan HAM juga dihujat. Itu pun kalau umat Islam ingin selamat dunia wa akhirat.


So, penting banget deh umat Islam kembali pada Islam, menegakkan al-Quran dan as-Sunnah, dan membuang aliran-aliran yang bukan datang dariNya. Cukup deh percaya pada Allah dan RasulNya, jangan pada yang laen! [iwan januar]

Berpacu Melawan Waktu

gaulislam edisi 002/tahun I (5 Nopember 2007)


Ngomongin soal waktu sebenarnya udah sering banget dibahas ya? Sebab, setiap dari diri kita masing-masing pasti udah punya sistem management sendiri dalam mengatur kebiasaan hidup kita. Jadi sebenarnya kalo mau disamakan modelnya agak susah. Tapi yang terpenting dalam mengatur waktu adalah pastikan sesuai dengan tujuan dan tak ada waktu yang disia-siakan begitu saja. Sebab, waktu ini akan terus berjalan. Sang waktu nggak perlu minta ijin sama kita yang lagi bengong, main gaple, main gim, ngobrol nggak jelas, dan aktivitas miskin manfaat lainnya atau malah yang maksiat.
Waktu bakalan terus berlari meninggalkan kita yang aktif maupun yang nggak pernah bergerak sedikit pun. Sering tak terasa, waktu seminggu sangat cepat, itu kita tahu setelah kita melewatinya. Bagi kita yang melewatinya dengan banyak amal baik insya Allah menjadi tabungan pahala kita kelak. Tapi bagi kita yang melewati hari demi hari dalam seminggu itu hanya dengan bengong dan bertopang dagu saja, rasa-rasanya sangat rugi, apalagi kalo melakukan maksiat, ruginya berlipat-lipat.
Allah berfirman dalam al-Quran: “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasihat-menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran.” (QS al-‘Ashr [103]: 1-3)

Waktu tak akan kembali
Masih ingat nggak lagunya Raihan yang terinspirasi dari hadis Rasulullah saw. tentang waktu? Yup, gini nih penggalan syairnya: “Gunakan kesempatan yang masih diberi moga kita tak akan menyesal/Masa usia kita jangan disiakan, kerana ia tak ‘kan kembali/Ingat lima perkara sebelum lima perkara/sehat sebelum sakit/muda sebelum tua/kaya sebelum miskin/lapang sebelum sempit/hidup sebelum mati.”

Yup, benar banget. Waktu punya karakter nggak bisa dikembalikan. Terus aja berlalu nggak peduli sama kita. Apa pernah kepikiran kita ingin meng-UNDO seperti pada program komputer? Waktu nggak bisa dikembalikan seperti ketika kita main internet dengan cara mengklik tombol BACK agar bisa mengulangi mengeksekusi sebuah situs web misalnya. Nggak. Waktu itu boleh dibilang hanya sekali jadi. Itu sebabnya, tugas kitalah yang kudu pandai memilih dan memilah dalam memanfaatkan waktu.

Memang waktu adalah semacam ukuran yang kita sepakati bersama. 1 detik, 1 menit, 1 jam, 1 hari, 1 minggu, 1 bulan, 1 tahun, 1 windu, 1 dasawarsa, 1 abad, dan seterusnya. Itu adalah ukuran-ukuran untuk memudahkan kita mengerjakan segala urusan kita. Adanya batasan waktu adalah agar kita mau mengaturnya dengan baik. Percuma banget kan kalo kita udah dikasih jadwal, udah sepakat dengan waktu yang dibuat, ternyata kita melanggar sendiri kesepakatan tersebut dengan tidak mentaatinya sesuai urutan waktu dan target.

Kalo bicara untung-rugi, tentu bagi kita yang nggak bisa memenuhi semua aturan itu akan rugi karena bisa jadi malah nggak melakukan apa-apa selama waktu yang sudah ditentukan kecuali melakukan kesia-siaan saja yang memang bukan sesuatu yang seharusnya dilakukan.

Nah, pada saat inilah kita udah kehilangan banyak waktu. Tentu saja waktu tak akan pernah balik lagi ngasih kesempatan buat kita untuk melakukan yang telah kita tinggalkan tersebut. Yang bisa dilakukan kita paling banter adalah memperbaiki pada kesempatan berikutnya. Tapi tetap tidak mengubah kondisi balik ke belakang. Karena yang terjadi adalah kita memperbaiki pada waktu yang lain dan selama itu pula kita udah kehilangan banyak kesempatan. Aduh, nggak banget deh!

Nggak percaya? Bayangannya gini nih. Bagi kita yang nggak naik kelas tahun ini karena malas belajar, maka itu kondisi saat ini yang nggak bisa berubah. Tetep nggak naik kelas. Status kita tetap tinggal di kelas sementara teman yang lain udah di kelas berikutnya. Padahal itu terjadi dalam satu waktu, yakni pada kesempatan yang sama. Ya, sekarang ini. Kita insya Allah bisa naik kelas tapi itu terjadi nanti pada tahun depan. Beda kan? Jadi jangan main-main dengan waktu ya. Waktu nggak bakalan kembali lagi. Sekali jadi. So, jangan sampe kita merugikan diri kita sendiri gara-gara nggak bisa memanfaatkan waktu. Sumpah!

Guys, seringkali kita merasa bahwa waktu begitu cepat berlalu. Kayaknya singkat banget. Apa karena kita saking asyiknya menikmati hidup? Hmm.. bisa jadi itu emang faktor perasaan kita. Karena terlalu nikmat hidup di dunia. Tapi ingat juga lho, bahwa ada juga di antara teman kita yang sangat boleh jadi waktu berjalan sangat lambat. Misalnya, bagi orang yang berada di penjara, yang aktivitasnya nggak banyak dan muter di situ terus, waktu terasa berjalan lambat kayak keong.

Waktu yang berjalan terasa cepat selain menunjukkan betapa nikmatnya hidup di dunia, juga menunjukkan bahwa kita semangat menjalani hidup. Banyak kegiatan kita lakukan, banyak janji kita buat, banyak prestasi yang terus kita raih, sehingga tak ada waktu untuk melamun ngeliatin jam berputar. Karena justru kita seolah sedang berlari melangkahi hari-hari berpacu dengan putaran jarum jam atau hentakan detik penanda waktu digital. Barangkali ini yang membuat kita merasakan waktu berlalu begitu cepat.

Hikmahnya, jangan sia-siakan waktu yang terus berjalan cepat ini dengan kegiatan yang miskin manfaat, atau malah bertabur maksiat. Kita nggak bisa balik lagi ke waktu tersebut. Yang bisa adalah memperbaiki dan itu butuh waktu lagi. Sementara mereka yang taat mengatur waktu dengan baik, akan menuai hasil yang bagus pada waktu yang sama dengan yang kita gunakan untuk kegiatan percuma.

Oya, karakter waktu yang cukup unik lainnya adalah bahwa waktu geraknya berbanding lurus. Semakin banyak waktu yang disediakan untuk hidup kita, maka sebanyak itu pula waktu yang diberikan. Itu sebabnya, setiap orang yang berbeda usia nggak bisa balapan soal umur. Jatahnya udah jelas dan dikasih sama. Tapi tetap sesuai start saat memulai hidup di dunia. Nah, karena nggak bisa balapan soal umur, pernah ada anekdot ketika seorang pemuda yang hendak menikahi seorang gadis pujaannya yang berusia lebih muda 3 tahun darinya. Tapi ayah si gadis nggak setuju lalu memberi alasan: “Boleh kamu menikah dengan anak saya, tapi nanti saat umur kamu dan anak saya sama”. Gubrak!

Sobat, waktu terus berjalan seiring dengan bertambahnya usia kita. Itu sebabnya, kita nggak bisa minta ijin, misalnya mo cuti dulu dari bertambahnya usia ketika kita lagi tidur atau ngobrol dan main gim. Usia kita dari detik ke detik terus bertambah. Meskipun kita lagi nggak beraktivitas. Itu sebabnya, jangan mentang-mentang masih muda terus kita merasa masih banyak waktu untuk nanti. Sehingga merasa waktu tersebut harus kita habiskan untuk aktivitas yang kita sukai dan senangi saat ini namun dalam pandangan Islam miskin manfaat. Itu artinya kita menghamburkan kesempatan yang diberikan hanya untuk hal-hal yang remeh-temeh, gitu. Nggak banget deh. Sebab, seharusnya yang kita upayakan dalam setiap detik itu harus bernilai ibadah di hadapan Allah Swt. Setuju kan?

Memanfaatkan waktu
Waktu itu sebenarnya nggak bisa dijinakkan. Kalo kuda liar kita latih jadi baik insya Allah bisa. Tapi soal waktu, kita berbuat baik atau nggak, tetap aja jalan. Nggak peduli sama kita dan lurus-lurus saja. Nah, mungkin yang diperlukan itu adalah bagaimana kita memanfaatkan waktu dengan efektif.

Bagaimana caranya? Pertama, biasakan kita membuat agenda harian. Diurut prioritasnya dari yang sangat penting, kemudian penting, dan biasa. Misalnya sekolah/kuliah tentu menjadi prioritas utama, kemudian ke warnet, barangkali dianggap penting karena misalnya mencari bahan untuk tukul alias tugas kuliah, kemudian yang terkategori biasa misalnya pergi main ke rumah teman. Nah, utamakan yang sangat penting terlebih dahulu baru kemudian yang terakhir yang terkategori biasa.

Kedua, kita harus komitmen dengan apa yang udah kita buatkan jadwalnya. Karena kebiasaan banyak dari kita adalah menulis semua agenda, tapi nggak dikerjakan. Akhirnya malah keleleran. Ketiga, buat target. Ini penting. Apalagi jika yang akan dilakukan adalah “proyek besar” untuk masa depan kita. Jadi harus dibuat batasan waktunya, sehingga rencana yang sudah dibuat itu akan direalisasikan sesuai urutan waktu dan ukuran tahapan tingkat pencapaiannya. Jangan lupa, pastikan selalu ada evaluasi, agar dari waktu ke waktu lebih baik lagi.

Gimana kalo kita lagi malas ngapa-ngapain, apa malas bisa dikategorkan sebagai pembunuh kesempatan? Hmm… rasa malas itu saya pikir manusiawi kali ya. Soalnya semua orang kayaknya pasti pernah merasakan malas. Itu sebabnya, Rasulullah saw. juga mengajarkan doa agar kita meminta kepada Allah Swt. untuk dihilangkan dari penyakit malas. Maka, kalo pun rasa malas itu mendera kita, pastikan kita bisa mengendalikan diri.

Caranya? Jangan terlena dan jangan mengampuni diri sendiri bahwa rasa malasnya itu adalah manusiawi. Nggak gitu. Tapi cari akibatnya, mungkin malas karena capek, maka kita bisa atur waktu dan kegiatan lainnya supaya nggak kecapekan. Ketika malas ngapa-ngapain dan akhirnya malah main gim dengan tujuan untuk refreshing silakan saja. Tapi jangan keterusan. Ingat waktu terus berjalan meninggalkan kita. Kalo udah hilang penat dan stresnya segera berhenti main gim. Setelah itu, ya kembali kepada pekerjaan yang harus diselesaikan.

Oya, sekadar berbagi aja, kebiasaan saya dalam mengatur dan memanfaatkan waktu sejujurnya memang masih banyak kekurangannya. Tapi setidaknya saya berusaha menekan diri sendiri untuk terus komitmen pada setiap kegiatan yang waktunya sudah dialokasikan. Jadi saya biasanya membuat jadwal yang saya tulis di buku agenda, di ponsel saya, di organizer program komputer, atau di kertas styrofoam yang ditempel di dinding. Agenda harian, mingguan atau bulanan. Baik yang rutin maupun yang tertentu pas ada momen spesial aja. Untuk kegiatan menulis buku, saya biasanya pake target, sehingga ada alat ukur tingkat pencapaiannya. Itu aja sih yang biasa saya lakukan. Mungkin bisa menjadi inspirasi teman-teman yang sempat baca artikel ini.

Sobat, di dunia ini kita berpacu dengan waktu, maka tingkatkan kualitas perbuatan kita, syukur-syukur bisa lebih banyak kita lakukan. Tentu perbuatan yang benar dan baik sesuai tuntunan Allah dan RasulNya. Untuk apa? Ya, untuk masa depan kita di dunia dan di akhirat. Insya Allah. Sebab, jangan sampe umur kita habis, tapi kita banyak maksiatnya. Kematian itu nggak bisa kita ketahui kapan datangnya. Jadi, harap diingat, Malaikat Izrail nggak bakal kirim “pesan kematian” kepada kita melalui SMS dengan bunyi: “Maaf, masa aktif hidup Anda akan segera habis. Sudah terlalu banyak dosa Anda di buku catatan akhirat. Sehingga saldo iman berkurang. Segera isi ulang iman Anda sebelum nyawa Anda diblokir.” Hehehe.. kalo dikasih tahu gitu sih enak dong.

Yuk, mumpung masih diberikan waktu, kita manfaatkan untuk beramal baik. Kita sama-sama berusaha menjadi yang terbaik di hadapan Allah Swt. Keep istiqamah dan tetap semangat! [solihin: sholihin@gmx.net]